Oleh : Lan Djekindang
Masa zaman kerajaan Majapahit, memberi pusaka berupa besi tajam berupa tombak dan keris keseluruh suku bangsa yang ada di nusantara. Suku Gumay mengadakan sidang musyawarah bertempat di Lubuk Sepang Gumay Lembak, sidang musyawarah dipimpin oleh ketua Gumay Puyang Gune Raje
Sidang musyawarah memutuskan dan menetapkan yang menjadi utusan Gumay pergi menghadap Raja Majapahit ialah Kerie Peniun dusun Lubay Gumay Ulu. Maka pergilah Kerie Peniun menjadi utusan Gumay menghadap Raja Majapahit, sesampai di Majapahit ternyata Kerei Peniun terlambat, karna Raja sudah membagikan pusaka-pusakanya, kemudian Kerie peniun menghadap Raja Majapahit mengusulkan mohon meminta pusaka Besi tajam, Tombak dan Keris, kemudian jawab Raja Majapahit hai Lanang Gumay kamu terlambat datang, besi tajam, tombak dan keris sudah habis dibagikan pada suku-suku bangsa lainya dan untuk saudara dari Gumay tidak ada lagi.
Kerie Peniun tetap tinggal di istana Raja Majapahit, siap menerima perintah berat dan ringan dikerjakanya. Kerie Peniun mengetahui, masih ada sebatang tombak disimpan oleh Raja Majapahit.
Raja Majapahit kemudian berkata” hai Lanang Gumay, saya beri kamu senjata istimewa dan bawalah pulang Tombak Gading Cempaka, Alat membuat senjata, saya beri nama Kimpalan Mekam yaitu Parun (Landasan) ,Pukul Besi, dan Sambungan Tering, senjata ini aku diberi nama Kimpalan Mekam dan Sebuah batu warna kuning, amanat Raja Majapahit batu ini letakkan di tengah dusun dan inilah makam ku.
Saat itulah dusun Lubai berubah nama menjadi Dusun Mekam artinya Makam Majapahit dan sampai sekarang dapat dilihat dan dibuktikan.
Ceritanya sama persis dengan sejarah kimpalan di desa saya yaitu desa Masam Bulau, Kec. Tanjung Sakti. Kimpalannya di beri nama parun, sampai sekarang masih ada dan sakral bagi masyarakat kami. Mungkin ada keterkaitan mengenai peninggalan ke 2 kimpalan tersebut.
BalasHapus