GUMAY NIAN PO...!

13 Agu 2011

ADAT GUMAY


Oleh : Lan Djekindang

A.            Adat Besawah / ladang darat

Diceritakan pada waktu itu setiap tahun anak cucu Yal Bingkuk Gumay Ulu dan anak cucu Kerie Sindang Matahari (Muke Arahan) berkumpul dan bermusyawarah di Lubuk Sepang dipimpin Gune Raje dari Gumay Talang. Asas musyawarah dikarnakan beberapa bulan lagi akan melakukan nebas ladang darat dan nekankah luku enjawat sawah.

Pedoman bintang tige berdirit (mata tahun)
Mata tahun mulai tumbuh dibarisan arah timur ini disebut keempat, musyawarah menetapkan dan memutuskan, kelima sekian bulan lagi mulai nebas (mbajak). Pedoman ini diperkuat petunjuk (sabak) menentukan kejadian alam dunia di tiap-tiap tahun.
Ini khusus untuk beladang darat petunjuk sabak (petikan) yaitu
1.      Penyebab panjang
2.      Kemarau panjang
3.      Tanah terebis lebar

-Penyebab panjang yaitu jangan beladang dipulauaan atau (dipinggir air besar)
-Kalau kemarau panjang beladang di tanjungan (dipinggir air)
-Kalau tanah terebis lebar  jangan beladang di tanah tebing.

Hasil musyawarah disampaikan pada seluruh rakyat Gumay, sedekah rami sawah dan beladang darat dua kali dalam setahun, satu kali musim encalau dan satu kali padi musim keluar.
Tempat sedekah rami dipinggir sawah,dan ditengah ladang darat, sedekah adat ini dilaksanakn turun menurun. Dan Kemudian tempat bermusyawarah yang sebelumnya di Lubuk Sepang pindah ke Endikat, dimasa generasi Gumay ke 24-25 masih diadakan (generasi ke 25 Gumay Ulu Peridan, Gumay Talang Pare, dan Gumay Lembak Bidin).

B.             Adat bujang gadis suku Gumay

Pertama Bujang betandang pada gadis, namanya Tandang nindai, yang diperhatikan bujang pada gadis cara berbicara, cara duduk, cara adat kesopanan,  dan cara bekerja.
a.      Gadis yang baik yaitu duduk mantap, dikala bujang berbicara dia tekun mendengarkan apa maksud pembicaraan bujang dan apabilah bujang selesai berbicara gadis melenggah menjawab kehendak bujang.
b.      Gadis yang tidak baik yaitu duduk tidak mantap, bujang belum habis bicara dia telah berbicara tidak memperhatikan pembicaraan bujang, dan waktu gadis bekerja melakukan sesuatu matanya memandang kekanan dan kekiri, kedepan kebelakang mungkin hendak melihat buajng lain.

Ibu gadis melihat melihat dan mendengar tutur kata bujang, duduk dan cara mata bujang memandang.
a.      Bujang yang baik menurut pandangan ibu :
Bekata Kalem dan tenang, lah tujuan baru dibicarakan, duduk nya mantap tidak gelisah, matanya memandang dan memperhatikan gadis.
b.      Bujang yang kurang baik, pandangan ibu bekate seperti huse tak tertentu arah tujuan, duduk merangkung-rangkung luk bekatak melumpat, mate merileng-reling mungkin melihati bende rumah gadis tidak ada kesupanan.
Kata sang ibu pada anak gadisnya, Aminah kalau bujang bekelakuan baik yang petama kalu kabah endungan bapang ngajung, sedikit dide negahi. Kalu bujang kurang baik ulas alap besak kemetai putih kuning, die hendak merasani kabah endung dan bapang dide setuju.

Bujang nindai gadis yang baik, sekali hendak dua kali, tige kali akhirnya sebelah menyebelah menjadi makanan anak mate.

-          Tandang berasan (ngelamar)
Bujang betanye, Aminah la hade belum jeme hendak enjawat sawah mamak diseberang dusun ini, letaknye diseberang mandian.
Jawab Aminah, belum, ngape kak Badu. Kalu belum ade jeme ngerasani nye, aku galak enjawat nye.
Kalu dik kena de kak badu. Nepak jangan palak, nempiling jangan pelipisan.
Sawah bak diseberang mandian itu, tanah kosong ayeknye kekeringan.
Jawab Badu, Dik Aminah ade seratus bidang sawah disini, Cuma sawah mamak itulah penuju diatiku.
Bepikir asat-asat kudai, kakak kutempoh tiga hari tiga malam.
Setelah cukup tempo tiga hari tiga malam Badu tandang lagi pada Aminah, pandangan matanya seakan-akan sudah bersatu hati untuk membentuk rumah tangga bahagia.

-          Sedang asiknya Badu dan Aminah memadu Cinta siang menjadi angan-angan malam menjadi buah mimpi.
Penulis ungkapkan Rejung bujang gadis (Pantunan) percintaan.
Badu berkata dik Aminah ade rejung sebatang
       Karang dalam kini lah nyambung
       Ayam lah abis dijuali
       Lubuk dalam dedasan agung
       Embak mane lamun dilayari

Dijawab Aminah:
       Sintak Unus dipantai laut
       Renimbung gadung manau tinggi
       Alus embak rembun kan disaut
       Gerayung semu kan di nanti

Badu berkata, sebatang lagi dik Aminah
       Besemah tiding kelaut
       Berumbung taji tulang ikan
       Pancing timah tali rambut
       Putus dik kene luke jangan

Dijawab Aminah :
       Bedegur guruh di jati
       Timbali guruh sibang
       Lamun sungguh kate mimpi
       Suke embak garam timpe ujan
Karna kagumnya cinta didorong isi dan makna pantun, maka timbul rasa hendak makan bersama, diberi nama bujang nyemantung.

Caranya :
Malam hari sebelum ada bujang tandang dirumah Aminah, Badu cs naik kerumah Aminah.
Yang dibawak seekor ayam jantan besar, lima buah kelapa diserahkan pada umak Aminah.
Bujang lah banyak tandang pada Aminah, Badu temanya sudah ada. Umak Aminah berkata pada bujang banyak, nak bujang petang tadi Badu embata ke ayam dan kelape untuk kita makan besama malam ini, ayam semblihlah, kelape kupaslah kite nanak enggulai masak ketan.
Yang mengerjakan perintah ibu Aminah adalah family Badu yang terdekat. Sebelum nasi gulai masak, bujang-bujang yang lain teman akrab Badu turun.
Maluan numpang makan Semantungan badu dan kawan-kawan.

ADAT BUJANG GADIS GUMAY MASA SILAM
Adik Aminah tutur badu
Rejung kenyataan cinta hati nurani.
Nyemantung makan bersama menjadi kenangan semase nyawe dikandung badan
Sebelum orang tua kita merasani benar-benar kita hendak menikah mendirikan rumah tangga
Mari kita mengadakan gadai tanda rasan diperkuat dengan bende

Jawab Aminah baik kak Badu
Ini punya ku selembar kain terimalah, dengan senyum simpul, suara lemas gemulai memikat hati calon suaminya.
Tutur kata Badu, ading Aminah, dengan mata melihat wajah calon istrinya
Badu berkata pada Aminah
Ading ade pesan jeme tue, barang siapa nyintak tali ngurung kan rasan gadai nikah. (satu menjadi dua)

Jawab Aminah kak Badu
Kalau titipan nenek moyang adat petata petiti gadai bujang gadis, sape ngurangkan janji ngurungkan rasan.

       Kayu are tumbuh dipala
       Batu genam tumbuh didade
Tiding kelaut tumpah karang
Mati dibadan sumpah Allah
Nyawe taruhanye Kak Badu

Ayah dan Ibu Aminah telah mengetahui bahwa Aminah dirasani bernama Badu anak Ahmad tunggak dusun Pagar Diwe, agung nantan selamenye Aminah binti Karim, tunggak-tunggak dusun Pagar Jati, agung nantan turun menurun.
Badu dipangil ayah Aminah , Badu kata Karim Benar, engkau hendak jadi dengan Aminah anakku ?
        Jawab Badu dengan sopan, benar mamak
Katakan pada Ayahmu pesan ku, kata Karim kepada Badu :

1.      Kamu lelahian turun pagian
2.      Kule ini kule raje-raje
3.      Kule berate

Kemudian Badu menyampaikan pesan Karim ayah Aminah kepada ayahnya.
Ayah Badu menanggapi pesan Karim ayahnya Aminah
        Betinting same ringgit bakli
        Bapang same balak betung
        Same-same nginjakkah gantu ngan tungguan dusun laman

Kembali Penulis menjelaskan Adat dan petata petiti bujang gadis diluar rumah meringgit-ringgit kecik nembang alus metik ginggung ngan seredam.

Seperempat jam mulai ngetuk dinding rumah ibung, ada Aminah di rumah kalu ada numpang behusik, kalu idak dirumah siapa dia tandang.
Sang Ibu bangun, mengusiti lampu, kata ibu siape-siape dibawah, Aminah ade naiklah
Bujang lah duduk dengan supan santun, Ibu membangunkan Aminah tidur.
Aminah bangun ade bujang hendak behusik. Aminah bangun berusap serta memakai pakian yang sopan untuk menghadapi bujang behusik.
Jarak bujang dengan gadis kira-kira dua meteran, ibu duduk mendekati Aminah, melihat dan memperhatikan tingkah laku dan perkataan bujang.


Penulis meneruskan rasan Badu dan Aminah. Badu mendatangi rumah Aminah langsung menyampaikan pesan Karim ditanggapi oleh Ahmad orang tua Badu.
Kata Karim kepada Badu, dua hari dua malam lagi datanglah kesini.
Badu datang dengan dua orang bujang , dua orang gadis , satu wanita tua, sedang dan satu batin tua sedang.
Incingan akan melahikan gadis Aminah Binti Karim dusun Pagar Jati, turun pagian yang perlu aku ngendakkan adik sanak, kita musyawarah mencari dua orang gadis dua orang bujang,  satu batin setengah umur, satu perempuan setengah umur.

Menurut Badu dua hari lagi berangkat ke Pagar Jati, melahikan Aminah turun pagian.
Jawaban Famili, bujang, gadis, batin, kerbai, cukup jangan dulu diserahkan pada dusun laman, ini hasil musyawarah adik sanak.
Sampai kejanji berangkatlah yang telah disepakati Badu cs ke Pagar Jati.
Sampai ke Pagar Jati, Badu dan yang dikehendaki Karim disambut oleh Karim dan sanak family dengan gembira.
Menurut adat petata petiti zaman dulu, kalau turun pagian adik sanak terdekat separu dusun laman mantau makan.
Sesudah Pantauan barulah Karim dan Istri, seta sanak family melepaskan Aminah, dan dua orang gadis ngantar Badu dan temanya, mohon pada mertua segenap family, akan berangkat ke Pagar Diwa. Setelah Badu dan calon istrinya sampai. Ahmad mengundang adik sanak dusun laman  satu : memberi tau dusun laman Badulah melahikan anak gadis jeme.  Dua : sape kah pegi beawas ke Pagar Jati, ngawasi kule ini, kita milih yang biasa madan kule, Ahmad memberikan aba-aba kule ini kule berete, kule raje-raje.

Abdulah menyangupi, doakan aku, dusun laman pagar Diwe jangan malu.
Seorang lagi Jakfar dapat mendampingi Abdulah. Setelah Abdulah dan Jakfar sampai didusun Pagar Jati, terus nak kerumah Karim, adik sanak telah siap menunggu kedatangan utusan dari Pagar Diwe. Karim menyuruh orang pantauan seluruh adik sanak dusun laman, untuk madan kule dengan orang dusun pagar Diwe. Seluruh masyarakat dusun Pagar Jati sudah musyawarah mupakat menunjuk Arifin seorang sering medan kule, pelage, peragam, ditengah-tengah orang banyak.

Rumah Karim penuh sesak oleh masyarakat dusun Pagar Jati, maklumlah petata petiti orang zaman dulu, siapa teman bicara ? saya jawab Arifin : Abdulah menyerahkan tungking pesirian pada Arifin.
Sirih diinang abang buah, rokok dikedan gugur abu, Abdullah ngangkat suare.
Aku dan Jakfar utusan Ahmad serta dusun laman Pagar Diwe, bertanya kule kita ini, kule ape, kule berete.
Kalau kule berete , kata Andullah bekhape beli kedalam ? bekhape pintaan ?
Dijawab Arifin, beli kedalam 100 ringgit, pintaan satu pedang pengiring duit 100 ringgit, satu keris pintaan dalam khumah, satu Siwar (badik) pintaan Mu’anai tue.

Setelah Jakfar pulang mengawasi kule dusun Pagar Jati.
Ahmad mantau adik sanak dusun laman, serta makan minum, akan mendengarkan cerite ngawasi kule. Abdullah menyampaikan pendapat ngawasi kule, kule ini berete ngendak kan duit 100 ringgit, pintak pintaan, gagang :
-Satu pedang pintaan pengiring beli dalam
-satu bila keris pintaan dalam khumah,
-satu Siwar (badik) pintaan Mu’anai tue.

Titipan Jeme, tuan anak, adik sanak dusun laman cukup pengendak, dide ade awat pembahasan kule langsung musyawarah memutuskan, menujuk Jakfar dan Amin mengantarkan pengendak dan ngantat bunting dan gadis ngantar.
Ahmad menyampaikan pembicaraan pada adik sanak dusun laman sekalian, maaf seribu maaf kepada jurai tue dan pemerintah bukan melatih sambil bejalan, ngapak sambil lewat, sekali nukup dua kali embhikan.
Kalau tidak ada keberatan dan halangan pada adik sanak dusun laman, aku ngenjuk kan bembangan kite beanguan 10 malam lagi.
Jawab dusun laman kami tidak ada keberatan menurut Abdullah Khulian bekhawas, cukup pengendak dide ade lagi awat beaguk.
Jawab Ahmad, jadilah terimakasih.
Lima malam lagi ajuk kan jadi, Ahmad ngulang ngundakkan adik sanak dusun laman nanak enggulai nyembelih ayam, disuaearekan pada adik sanak dusun laman, aguan kite tinggal 5 malam lagi. Sape kan diutus ke Pagar Jati, jeme ini hendak pilihan sebab nyampaikan suare tige :
1.      Endepatkan bunting
2.      Mintak Wali
3.      Nyuarei dusun laman Pagar Jati, aguan mintak ditunggui oleh jeme tue bujang gadis.
Rakyat Dusun Pagar Diwe musyawarah, memutuskan menunjuk Abdullah dan Jakfar utusan kite.
Abdullah dan Jakfar tidak menolak amanat dusun laman, ngijakkan gantingan tungguan.
Didusun Pagar Diwe : ade seorang lanjut umur zaman dulu sering madan kule urusan kule.
Nama Gafar, duduk ditengah-tengah masyarakat , nak Abdullah sini dekat aku kata Gafar, Abdullah berangkat duduk dekat Gafar lanjut umur sesepuh dusun Pagar Diwe.
Nak Abdullah, sebelum besuare ade jeme tue betanye :
1.      Tuape dibatak, jawabnya begini anakku. Kami embatak hukum dan adat petata petiti dusun Pagar Diwe.
Tetapi kami dibawah niur pinang, didalam pagar dusun Pagar Jati, kami meminjam adat petata petiti dusun Pagar Jati.
Sebab kate jeme tue, adat banyak care beredang, lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnye, lain rimba lain kancilnya, kalu ade yang seliwa.
Sesepuh rambut putih tertawa terbahak-bahak.
Jawaban Abdullah benar, tak ada berbeda dengan adat petata petiti dusun Pagar Jati.

Lagi ada satu pertanyaan yang akan dilontakan oleh sesepuh rambut putih kepada Abdullah.
Abdullah ! Jawab pertanyaan ku, awas kalau tidak benar malu masyarakat dusun Pagar Diwe, jalan mane kamu kesini. Kalu jalan darat kamu kusangke raje ruse, kami kan masang jaring, kan kami tangkap kucencang kurenai jadi gulai jeme Pagar Jati.
Kalau jalan air kami kan masang kerakat panjang due belas, kamu ku sangke raje ikan.
Kalau jalan atas, kami kan masang pulut, kamu kusangke raje burung.
Jawablah Abdullah ! tutur kate, usulan jeme Pagar Jati. Dengan geram dan menakutkan.

Abdullah melengah dengan tenang, menjawab tutur kata sesepuh rambut putih.
Maaf sesepuh rambut putih, adik sanak dusun laman.
Kami kesini, nyuruk bumi melangkah langit, meniti rembun gemelincir.
Sesepuh rambut putih tertawa, Jawaban Abdullah benar, tak berbeda petata petiti dusun pagar jati dengan  dusun Pagar Diwe.
Benar dusun Pagar Diwe, pepate mengatakan lubuk dalam dedasan agung lubuk lebar tunggu buaye, pantas bekule dengan kite.

Anakku Abdullah, tutur sesepuh Pagar Jati.
Sampaikanlah tujuan kamu kesini.
Maaf kepada sesepuh, jurai tue, pemerintah, adik sanak dusun laman Pagar Jati.
Kerajaan kami, utusan Ahmad dusun laman.
-Satu, endepatkan bunting
-Dua, mintak wali
-Tiga, nyuarei adik sanak family dusun laman Pagar Jati
Ajuan kite di Pagar Diwe, ngagukkah Badu bin Ahmad, Aminah binti Karim tinggal lima hari lagi.

Sebuleh-bulehnya masyarakat dusun Pagar Jati diberati mendatangi aguan kite.
Menunjukkan same-same injik suke.
Jawab sesepuh kite dusun Pagar Jati, Ayu
-  Bunting (Aminah) beserta bujang gadis serta kerbai pacak ngicik pelagu  peragam
-  Wali kan di enjuk, bataklah.
-  Dusun laman datang hari jadinye

Berangkatlah Abdullah serta yang telah diputuskan sesepuh dusun Pagar Jati, menuju dusun Pagar Diwe.
Abdullah dan Jakfar lah balik bunting serte wali kawin lah dirumah, Ahmad ngundakkan adik sanak dusun laman. Tutur kata Ahmad Abdullah dan Jakfar lah balik, aguan kite tinggal 4 malam lagi :
-   Aku serahkan aguan pada dusun laman
-   Anak bujang anak gadis aku endak enggunekannye
-   Jeme tue aku mintak digawi ini perlu
Jawab dusun laman, bujang gadis kami serahkan, kami tue je mane hendak dibuat besok mulai.
Tutur Ahmad, kite membuat     tarup dan tempat bemasak didepan rumah ini. Ahmad menyuruh adiknya nyuarei lebu meraje anak belai sanak family jauh damping undak gale dirumah Ahmad dusun Pagar Diwe.
Karang kampung besedie membantu Ahmad. Semalam dua malam agi aguan jadi, adik sanak dusun laman, makan minum bekerja di rumah Ahmad. Karena aguk besak menurut pukulean aguan raje-raje, artinya betinting same ringgit bakhi. Bepangkah same balak betung.

Dusun laman Pagar Diwe, dusun laman Pagar Jati, adiksanak dusun Pagar Diwe, memberikan bantuan, ayam, kambing, ikan, kerumah Ahmad. Ahmad menyembelih kerbau dua ekor, seekor untuk untuk hari menyembelih, satu ekor hari jadi.

Hari jadi nya masyarakat dusun Pagar Diwe menyambut simah dari dusun Pagar Jati, dengan tari-tarian, bunyi-bunyian. Pengatin  memakai pakian adat, perempuan memakai adat pengatin perempuan, laki-laki memakai syan belang, baju alam kari, gitar kepundang.
Kursi pengatin telah tersedia. Orang tua sehari suntuk makan minum belagu beragam mapak simah mendah dari dusun Pagar Jati. Redap Gung tabuhan tidak berhenti, orang tua silih berganti pencak silat ditengah laman.

Bujang gadis silih berganti tari menari
Silih berganti makan minum dari pagi sampai petang
Selesai makan minum simah melapor hendak balik. Masyarakat dusun Pagar Diwe mengantar simah batas berembung lawang Pagar Diwe. Inilah adat petata petiti bujang gadis. Tandang nindai gadis, tandang berasan atau melamar calon istri sekarang ini, melahikan sudah saya uraikan ini, diatas yang saya uraikan ini, RASAN KULE BERETE.

Dari zaman dahulu sampai sekarang ini madan kule orang yang terpilih. Upacara pernikahan, mencakup bermusyawarah, kegotong royongan, ngundakkan adik sanak jauh damping lebu meraje anak belai. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, kegunung sama mendaki, kelembah sama menurun.
Sambak ui pengarang rakit, tenggelam sama basah, terapung same kering. Inilah adat lembaga nenek moyang zaman dahulu, tak lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas, silih berganti datang dan pergi, patah tumbuh hilang berganti.


Saya tulis kule Tambik Anak :
1.      Kule tambik anak duduk batu berdiri kayu
2.      Kule tambik anak nenantian
3.      Kule tambik anak pelapik duit
4.      Kule tambik anak jurai sesame

 Kule berete dan tambik anak abis masenye tahun 1930 an.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar