GUMAY NIAN PO...!

25 Jun 2011

PERANG DENGAN NEGERI RUBAN

Oleh : Lan Djekindang

 LATAR BELAKANG :  Puyang Muke Arahan mempunyai anak Sembilan orang, yaitu Atungkal Diwe, Gune raje, Dayang Pandan, Ambawan, Bige, Biji, Bile Bujang, Bile Pantas dan Bile Raje. Dari Sembilan bersudara ini yang tertua adalah Puyang Atungkal Diwe, dan satu-satunya yang puteri adalah Dayang Pandan. Suami Dayang Pandan tersebut adalah seorang hulubalang dari Majapahit bernama KRIE TABING yang gagah perkasa lagi sakti. Pada suatu waktu dikarnakan Kerie Tabing sakit hati yang kurang beralasan, maka Puyang Atungkal Diwe mati dibunuh oleh Kerie Tabing dari belakang sepulangnya bertandang kerumah Dayang Pandan dan adik iparnya Kerie Tabing di dusun Jati. Dengan kematian Puyang Atungkal Diwe tersebut maka kesepakatan saudara-saudaranya yang lain, berangkatlah Puyang Gune Raje dan Bige ke negeri Majapahit untuk membunuh Kerie Tabing sebagai Tuntutan balas dendam atas kematian saudara  tertuanya Atungkal Diwe yang sangat dicintai. Dan untuk maksud tersebut langsung menemui Ratu Majapahit pada masa itu. Atas maksud Gune Raje dan Bige itu secara Diplomasi tidak ditolak oleh Ratu Majapahit, pada hal Ratu Majapahit sangat meyayangi Kerie Tabing. Karena itu Ratu Majapahit berharap kepada Gune Raje dan Bige sebelum melaksanakan niatnya untuk membunuh Kerie Tabing agar terlebih dahulu mengalahkan negeri Ruban, yaitu suatu negeri yang sangat diandalkan oleh Ratu Majapahit yang tidak tampak oleh penglihatan dan merupakan satu-satunya negeri yang sangat kuat lagi sakti yang sangat diandalkan oleh Ratu Majapahit. Atas persyaratan yang diajukan oleh Ratu Majapahit ini Gune Raje dan Bige menerimanya dan menyatakan sanggup untuk mengalahkan negeri Ruban meskipun sebetulnya mereka berdua belum tahu langkah bagaimana yang mesti ditempuh untuk melaksanakannya.
 Untuk melaksanakan perang ini, Gune Raje dan Bige pada mulanya mengalami kesulitan mengingat negeri ruban dan penghuninya tidak tampak oleh penglihatan. Karena itu dilakukan pendekatan kepada orang yang diyakini memiliki ilmu dapat menampakkan barang yang tidak nyata. Dan orang dimaksud adalah Puyang Orang Lahat Tengah yang bernama PUYANG SIAK MELAYANG SAKTI dan dimintakan keiklasan untuk membantu dalam perang melawan negeri Ruban.
 Mula-mula Siak Melayang Sakti berkeberatan memenuhi permintaan puyang Gune Raje dan Puyang Bige itu. Sebab Negeri Ruban terkenal sekali ketanguhanya dan kesaktiannya, sedangkan Siak Melayang Sakti hanya sekedar memiliki ilmu yang biasa menampakkan sesuatu yang tidak nyata saja. Jadi Puyang Siak Melayang Sakti sebetulnya takut mati sia-sia saja . Lagi pula dari negeri  Ruban tidak terhitung banyaknya, sedangkan mereka yang akan melawanya hanyalah tiga orang saja yaitu Gune Raje, Bige dan Siak Melayang Sakti.
            Tetapi Puyang Gune Raje dan Puyang Bige tetap saja mendesak Puyang Siak Melayang Sakti agar bersedia membantu memerangi Negeri Ruban dengan memberikan jaminan kalau Puyang Siak Melayang Sakti takut mati sia-sia, maka nyawanya akan ditelak-I (dimasukkan dalam sebuah telak). Mendengar adanya jaminan tersebut Puyang Siak Melayang Sakti akhirnya bersedia membantu memerangi Negeri Ruban. Karena itulah sejak saat itu Puyang Siak Melayang Sakti dikenal pula dengan sebutan PUYANG PETELAK.
            Kemudian berangkatlah Puyang Gune Raje, Puyang Bige dan Puyang Petelak menuju negeri Ruban yang tidak tampak dalam penglihatan itu. Sesampai di daerah yang diduga Negeri Ruban, maka Puyang Petalak mulai melaksanakan Ilmu kesaktiannya, dan serta merta Negeri Ruban tersebut menjadi nyata dan Nampak dengan jelas sekali dimata ketiga orang itu.
            Ketiga orang tersebut waktu itu masih berada disebelah luar kerajaan Negeri Ruban ini dan rupanya Negeri Ruban tersebut dikelilingi oleh benteng yang terbuat dari gangse dari bawah hingga ke langit tinggi nya dan sangat sulit diketahui dimana pintu gerbang masuknya.
            Maka tugas selanjutnya adalah mencari dimana letak pintu masuk tersebut. Tugas ini dilakukan oleh Puyang Gune Raje dan Bige. Sedang Puyang Petelak karena tugasnya membuat Negeri Ruban jadi nyata sudah selesai, maka ia diminta keiklasanya untuk ngarak makan (menyiapkan makanan) selama Gune Raje dan Bige mencari pintu gerbang Dimaksud.
            Dalam menyiapkan makanan tersebut sambil menunggu Puyang Gune Raje dan Puyang Bige, Puyang Petalak pergi mencari batan gulai, dihari pertama menemukan sejenis ikan yang disebut BUJUK. Sebelum digulaikan oleh Puyang Petalak diberitahukan dulu kepada Puyang Gune Raje dan Puyang Bige. Oleh Gune Raje dan Puyang Bige ikan bujuk itu dilarang untuk digulaikan, sebab bagus untuk dijadikan pusake atau senjata perang.
Hari kedua Puyang Petalak menemukan UMBUT MANAU untuk digulai, tetapi oleh Puyang Guneraje dan Puyang Bige rupanya dilarang juga untuk digulaikan, sebab bagus pula untuk dijadikan pusake dan senjata perang.
            Akhirnya oleh Puyang Gune Raje dan Puyang Bige dapatlah ditemukan pintu gerbang masuk dari benteng negeri Ruban. Dan sewaktu mereka berdua melewati pintu benteng negeri Ruban dan terus masuk ke negeri tersebut, memanglah benar penghuninya tidak tampak, seakan-akan negeri itu sepi dan tidak berpenghuni sama sekali meskipun negerinya tampak. Dan sewaktu Puyang Gune Raje dan Puyang Bige akan melewati sebuah parit yang berisi air di negeri itu, maka dalam air parit itu Puyang Gune Raje dan Puyang Bige melihat bayang-banyang orang dipermukaan air parit tersebut, menandakan penghuni negeri Ruban tersebut bertebaran diangkasa.
            Melihat banyaknya orang dipermukaan air tersebut lantas Puyang Gune Raje dan Puyang Bige memandang keatas, dan rupanya Raja Ruban dan Hulubalangnya mengetahui pula kedatangan Puyang Gune Raje dan Puyang Bige.
Lantas secara replek Puyang Gune Raje dan Puyang Bige memberikan reaksinya dengan kesaktiannya sambil menunjuk kearah orang-orang yang berada di sebelah atas, dan seketika itu pula jatuhlah dalam keadaan terduduk di hadapan Puyang Gune Raje dan Puyang Bige seorang kepala dari seluruh hulubalang di negeri Ruban yang sangat tersohor kesaktiannya lagi amat disegani dan ditakuti baik kawan maupun oleh musuh-musuh negeri Ruban. Hulubalang tersebut adalah RADEN PAPAK, putera raja Ruban itu sendiri.
Guna menghindari malapetaka lebih lanjut Raden Papak dengan cepat menyapa Puyang Gune Raje dan Puyang Bige, sehingga terjadilah dialog lebih kurang sebagai berikut :
Raden Papak …………:  Ngape Gumay lah sampai kesini, tuape maksud kamu ?
Gune Raje dan Bige :  Kami ndak ngajak perang
Raden Papak………… :  Ngape nak Perang ige, kami lah kalah                   .
Setelah Negri Ruban menyatakan kalah dalam perang yang tidak berlangsung tersebut, Puyang Gune Raje dan Bige lalu bermaksud pulang ke Balai Buntar atau Langu. Dan sebagai tanda kekalahan negeri Ruban, Puyang Gune Raje dan Bige diperkenankan membawa senjata yang bernama GURUH KEMARAU dan dua orang putri sebagai anak tawan, yaitu Diwi MENGKUTE (kelawai raden Papak ) dan Dayang Kedayun sebagai Inang pengasuh. Selanjutnya dalam perang Gumay melawan Belanda di Benteng Jati, senjata Guruh Kemarau, Buntang Bujuk dan Umbut manau dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dayang Kedayun selajutnya diperistrikan oleh salah seorang anggota keluarge Gune Raje dan keturunannya mengadakan dusun Mandi angin Gumay Talang
Sedang Diwi Mengkute mau diperistrikan oleh Puyang Pekik Nyaring (Lautan Puyang Gune Raje), tetapi Diwi tersebut menyatakan keragu-raguannya mengigat ia berasal dari yang tidak nyata dan ia sendiri pada mulanya tidak nyata, maka wajar kalau yang memperistrinya yang tidak  nyata pula, bukan orang yang nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar