Oleh : Lan Djekindang
Di Kute Bentare, ada seorang ibu yang sedang hamil tua hidup berdua dengan anaknya yang bernama Simbang Gumay, sedangkan ayahnya yang bernama Ratu Kebuyutan telah meninggal.Pada suatu hari si ibu sedang menyulang (membelah kayu menggunakan kapak) untuk dijadikan puntung (kayu bakar). Kayu yang disulang si ibu ini adalah batang Pedare yang terkenal keras dan alot, sehingga si ibu kesulitan membelah-belah kayu tersebut, apa lagi dia dalam keadaan hamil. Dikarenakan merasa kelelahan dan pekerjaan nya belum mendapat hasil seperti yang dikehendakinya, si ibu berkata kepada dirinya sendiri “ Ah ! seandainya ada orang yang mau membelah kayu ini, kalau anak yang kukandung ini perempuan, kelak akan aku nikahkan padanya apa bila yang menolongku laki-laki “. Ternyata kata-kata si ibu tadi didengar oleh seorang pemuda yang sedang lewat, dan pemuda tersebut menghampiri si ibu seraya bertanya apakah si ibu tadi benar-benar serius dengan janjinya, dan si ibu mengiakan. Lalu pemuda tersebut tidak memakan waktu yang lama pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan mudah. Ibu Simbang gumay mengucapkan terimakasih, dan pemuda tersebut pamit untuk meneruskan perjalanannya, dan berkata kelak akan kembali lagi untuk menagih janji pada si ibu.
Setelah sampai waktunya si ibu melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat dan cantik, dan diberi nama Rubiah Bintang Beseli, yang nantinya juga disebut Renik Dabung. Simbang Gumay sangat senang mendapat seorang adik perempuan, dia sangat menyanyangi kelawainya itu.
Rubiah Bintang Beseli semakin hari semakin besar, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, baik budi pekertinya, manis tutur bahasanya, sehingga menjadi kebanggan dan disayang oleh penduduk Kute Bentare.
Pada suatu hari datanglah pemuda yang pernah menolong ibu Simbang Gumay nyulang puntung tempo hari. Pemuda tersebut datang menghadap ibu Simbang Gumay menagih janji si ibu yang akan menikahkan putrinya kepadanya, apa bila ia melahirkan anak perempuan. Tetapi si ibu menyangkal dan berkata bahwa ia tidak pernah mengucapkan janji seperti yang ditagih tersebut, dikarnakan si ibu telah mengetahui siapa sebernanya jati diri pemuda itu yang tidak lain adalh seekor naga jadi-jadian yang bernama Barongsang Sakti atau Ratu Siak Nage. Pemuda atau Siak Nage sangat marah, maka terjadilah pertengkaran dengan ibu Simbang Gumay. Mendengar ada keributan didepan rumah, Simbang Gumay keluar, dan diapun marah melihat ibunya sedang ditunjuk-tunjuk dan dibentak-bentak oleh pemuda yang tidak dikenalnya. Maka terjadilah perkelahian antara Simbang Gumay dan Pemuda perantau itu, perkelahian sangat seru dan hebat keduanya sama-sama sakti dan tangkas, sehingga biarpun berlangsung lama belum ada yang kalah dan menang. Kesaktian keduanya tampak seimbang, sampai akhirnya pemuda jelmaan naga itu mengeluarkan kesaktiannya yang paling tinggi. Pemuda tersebut menepukkan telapak tangannya ketanah tujuh kali, maka memancarlah air yang sangat deras dari tempat yang ditepuknya tadi. Tujuh pancaran air tadi membuat Simbang Gumay kebingungan, ditutupinya pancaran air tadi dengan kedua telapak tangannya, empat mata air dapat ditutupinya, tetapi yang tiga lagi tetap memancar dan semakin lama semaking deras. Terjadilah banjir besar di Kute Bentare menengelamkan segenap isinya. Diwaktu itulah naga Barongsang sakti melarikan Renik Dabung.
Sewaktu Renik Dabung dibawa lari ia masih sempat berteriak kepada kakaknya Simbang Gumay, katanya “Kak ! masuklah kedalam gendang besar dan jangan keluar !. Jika kakak telah mendengar suara ikan Sebaraw kemektiran dipucuk ayik barulah kakak keluar dari dalam gendang itu”. Simbang Gumay segerah meraih gendang besar tersebut. Kute Bentare hilang tenggelam dilanda bencana, dan dikemudian hari tempat itu disebut Timpe Rasan, dan kemudian menjadi Temperasan.
Setelah lama Simbang Gumay terkantung-kantung dalam gendang, akhirnya dia mendengar suara kemektiran ikan Sebaraw disekitar gendangnya, Simbang Gumay teringat akan pesan kelawainya, dan diapun keluar dari dalam gendang. Ternyata gendang tadi telah membawa Simbang Gumay kesuatu tempat yang bernama Beringin Jangkar Emas, pemandian di Kute Aji Mentare. (Daerah Lampung)
Dengan menyamar menjadi kakek-kakek yang bungkuk dan kudisan, Simbang Gumay berjalan terhuyung-huyung, dikarnakan terlalu lama terombang ambing dalam gendang, dia memasuki Kute Aji Mentare. Ketika dia bertemu dengan seorang penduduk setempat, Simbang Gumay ditegur oleh orang tersebut, “ Sape kabana ? ndak kemane ?, ngape bejalan te milung-milung ni ? “ Simbang Gumay menjawab bahwa dia hendak mencari upahan, hendak numpang hidup ditempat itu, lalu orang itu membawa Simbang Gumay menghadap Ratu Sabak Aji. Ratu Sabak Aji melihat Simbang Gumay berjalan terhuyung-huyung mendekatinya, Ratu Berkata ngape bejalan temilung-milung ni “. Simbang Gumay lalu dipangil orang sekitarnya dengan SUKE MILUNG. Setelah sampai dihadapan Ratu Sabak Aji, Simbang Gumay menyatakan maksud dan tujuannya menghadap Ratu, dikatakanya bahwa ia hendak menumpang hidup dirumah Ratu. Ratu Sabak Aji menerimanya dengan syarat-syarat, yaitu :
1. Asal kaba pacak naik waktu musim buah
2. Asal kaba pacak ncakae ndik gulai bile sedekah
3. Asal kaba pacak nolongi begawe di ume
Kesemua syarat itu disanggupi oleh Suke Milung, dan ternyata sewaktu musim buah tiba, dalam waktu singkat Suke milung sudah dapat mengumpulkan buah yang banyak, rupanya kalau naik pohon kemampuan Suke Milung bak Simpay nga Siamang. Demikian pula sewaktu Ratu akan Sedekah dan memerlukan ikan untuk gulai, Suke Milung dalam waktu singkat dapat mengumpulkan ikan yang banyak, rupanya kemampuan Suke Milung menangkap ikan bak Simung nga Mehang. Demikian juga dalam menolongi Ratu di ume, Suke Milung tahan tidak medarat, istirahat kalau mau makan, rupanya Suke Milung tahan ditengah ume dari terik matahari dan turunnya hujan bak tunggul saje ditengah ume.
Sewaktu musim menugal tiba. Diume Ratu Sabak Aji (Ratu Aji ) diramaikan oleh pemuda-pemuda dan gadis-gadis yang menolongi rumah Ratu nugal, maklumlah dikarnakan Ratu Aji mempunyai tujuh orang putri yang cantik-cantik. Demikian juga penduduk Aji Mentare banyak menolongi, tua, muda,lanang betine.
Ditengah ume Ratu ada Pungguw (tunggul) kayu enggris yang besar, disebutkan kira-kira tiga lingkaran pelukkan orang dewasa. Putri Bungsu melihat ada anak burung takow (pelatuk) di pungguw kayu itu, dia minta diambilkan anak burung itu kepada ayahnya, Ratu minta tolong kepada pemuda-pemuda yang ada disitu untuk menangkap anak burung tersebut. Tetapi tidak seorang pun dari pemuda-pemuda itu yang dapat mengambil anak burung itu. Melihat tidak ada yang dapat mengambil anak burung tersebut putri Bungsu menangis tiada henti-hentinya, berbagai upaya untuk membujuk putri Bungsu tetap tidak berhasil,putri bungs u terus menangis. Akhirnya Ratu Sabak Aji mengumumkan bahwa siapa yang dapat mengambil anak burung Takow itu, kelak apa bila Putri Bungsu dewasa akan dinikahkan kepadanya. Maka bergantianlah para pemuda, anak raje mencoba menangkap anak burung tersebut, tetapi semuanya tidak ada yang berhasil. Tinggal satu orang yang belum mencoba yaitu Suke Milung atau Simbang Gumay. Para pemuda dengan nada mengejek menyuruh Suke Milung menangkap anak burung yang masih ada dalam Pungguw kayu. Suke Milung menyanggupi, diambilnya sebatang tugal dan dengan berlandaskan pahanya tugal itu diperuncing nya dengan menggunakan pisau yang sangat tajam, semua orang yang melihatnya keheranan, karena paha Suke Milung tidak terluka sedikitpun, diwaktu itulah orang-orang yang menyaksikan disana telah dapat menduga bahwa Suke Milung yang tua, bungkuk dan kudisan itu bukan orang sembarangan, mereka menduga pasti lah Suke Milung mempunyai kesaktian yang tinggi.
Setelah ujung tugal itu menjadi runcing lalu Suke Milung membaca dalam hatinya Ucap Tumbak Takow dan ditombakanya ke pungguw tempat burung takow bersarang, dan tugal itu tepat menutupi lobang sarang burung itu, dengan demikian burung itu tidak dapat keluar. Suke Milung kemudian mengambil udhuk untuk untuk melaksanakn solat dua rekaat satu kali salam, sebelunya solat dia berpesan kepada Ratu Sabak Aji bahwa apa bila Pungguw (tunggul) kayu rebah,cepat-cepatlah ambillah anak burung dari sarangnya itu. Maka mulailah Suke Milung mengerjakan sholat. Anehnya ! sewaktu Suke Milung rukuk, pungguw itupun ikut condong, sewaktu Suke Milung Sujud, Pungguw itupun rebah ketanah, dan dengan cepat diambil anak burung takow itu oleh Ratu Aji, dan setelah Suke Milung selesai Sholatnya Pungguw itu pun kembali tegak berdiri.
Setelah Putri Bungsu dewasa Simbang Gumay atau Suke Milung datang menghadap Ratu Sabak Aji, menayakan tentang janji yang pernah diucapkan Ratu, sebenarnya dalam hati Ratu tidaklah iklas, membayangkan putrinya yang cantik akan kawin dengan laki-laki yang fisiknya seperti Suke Milung, lalu ratu menolaknya dengan dengan secara halus, dengan mengatakan semuanya terserah dengan Putri Bungsu, sebenarnya putri bungsu tidak mau menepati janji tetapi putri tidak mau berterus terang, dan mengajukan syarat-syarat kepada Suke Milung, adapun syarat-syarat tersebut adalah :
1. Nak daun sirih selebar jebang
2. Nak bangkah sebesak kulak
3. Nak tebu sepunjung langit
4. Nak redap ndi bawak tume
5. Nak ayam bekukuk sahi
6. Nak barang nyehepikka tanduk
Semua persyaratan itu disanggupi oleh Suke Milung, dan mulailah dia berkelana mencari syarat-syarat yang diminta oleh Putri Bungsu.
Tersebutlah ketika Suke Milung berada ditengah laut, sewaktu membungkukkan badan ingin cuci muka sekedar mengurangi kepenatan Kerisnya terluncur masuk laut, menyadari itu Suke Milung langsung terjun masuk laut untuk mengambil kerisnya. Ketika Suke milung menyelam dan mencari keberadaan kerisnya, dia melihat suatu tempat yang bercahaya. Suke Milung mendekat ke tempat yang bercahaya tersebut dan melihat suatu bangunan seperti istana didalam laut itu. Ketika Suke Milung menghampiri istana tersebut, ada suara yang mempersilahkannya masuk, masuk lah kak ! kehis kakak tu ade disini, tu die ! Ternyata itu adalah kelawainya yang tempo hari dilarikan oleh nage, yaitu putri Rubiah Bintang Berseli atau yang disebut Renik Dabung.
Putri Renik Dabung berkata bahwa dialah yang mengambil keris kakaknya, dan itu disengajanya supaya kakaknya dapat bertemu denganya.
Sewaktu Kelawai dan Muanai itu sedang berbincang-bincang, maka terdengarlah dari jauh suara naga yang akan pulang ke istananya. Putri Renik Dabung cepat-cepat menyembunyikan kakaknya. Sewaktu sang naga masuk keistanahnya, ia berseru “ hai ! ngape ade mbau Jemim “ Renik Dabung berkata bahwa ialah jemimnya, tetapi naga mengatakan bahwa itu bau jemim lain. Renik Dabung bertanya kenapa kalau memang ada jemim lain, naga menjawab tidak apa-apa kalu jemim tersebut berniat baik. Maka Renik Dabung bercerita bahwa kakannya Suke Milung lah yang telah datang ke istana naga itu.
Sang Naga menemui kakak iparnya dengan senang dan hormat, dia menanyakan maksud dan tujuan kakak iparnya berkelana sampai menemukan istanaya. Suke Milung bercerita bahwa dia mengembara pertama untuk mencari adiknya Renik Dabung, dan kedua, untuk mencari persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Putri Bungsu. Naga berkata bahwa segala syarat-syarat tersebut semuanya ada diistananya, dan Suke Milung boleh membawa semuanya untuk diberikan kepada Putri Bungsu.
Keesokan harinya Siak Nage berpamitan kepada Suke Milung dan Renik Dabung untuk bertempur melawan naga lainya, yang telah berlangsung berminggu-mingu bahkan berbulan-bulan belum ada yang kalah dan menang. Suke Milung berkata kepada Siak Nage bahwa dia akan ikut untuk melihat pertempuran itu, tapi Siak Nage berkata jangan kak bahaya, tapi Suke Milung tetap memaksa untuk ikut, maka berangkatlah Suke Milung mengikuti Siak Nage bertempur dengan berpaut di Cule nage tersebut. Dan Suke Milung pun mengerti mengapa kedua naga itu bertempur lama tetapi tidak ada yang kalah dan menang, itu semua dikarnakan kedua naga itu hanya saling berbelit saja. Keesokan harinya kembali lagi Ratu Siak Nage bertempur dengan lawanya sesama naga, Suke Milung pun kembali ikut dengan berpaut ke cule Ratu Siak Nage. Ketika kedua nage itu kembali saling lilit, Suke Milung pun menusukkan kerisnya kelawan Ratu Siak Nage, naga itu terluka parah sehingga air laut sekitarnya berwarna merah oleh darah. Sebelum mati naga itu melarikan diri sambil berkata “ aku kalah ! pastilah lah datang jeme Gumay “. Ratu Siak Nage dan Suke Milung pulang ke Istanah menemui Renik Dabung dengan membawa kemenangan.
Malam harinya Suke Milung berpamitan bahwa besok pagi dia akan kembali ke Kute Aji Mentare, karena segala persyaratan yang diminta oleh Putri Bungsu semuanya telah didapatkan. Malam itu kedua kakak adik ipar itu bercakap-cakap. Ratu Siak Nage mengucapakan terimakasih atas bantuan kakak iparnya mengalahkan naga yang menjadi musuhnya. Siak Nage berkata” Kakak memang hebat, baru sekali kakak ikut bertempur, naga lawanku telah dapat dikalahlan, pada hal aku telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bertempur belum ada yang kalah dan menang”. Suke Milung menjawab” hebat lah adik, buktinye dang tu kakak pacak kalah, kami kene bencane, dan adik pacak ngelarikah Renik Dabung”.
Siak Nage kembali berkata “ sebenarnya kesaktianku belum seujung kuku, dibandingkan ngah kakak, aku pacak ngalahkan kakak karena kakak dide nepati janji (janji ibu) maka kesaktian kakak melemah “. Demikianlah, kakak dan adik itu berbincang-bincang, larut malam barulah semua pergi tidur.
Keesokan harinya Suke Milung kembali ke Kute Aji Mentare membawa segala persyaratan yang diminta oleh Putri Bungsu. Sampai di Kute Aji Mentare segala persyaratan itu dipersembahkan kepada Ratu Sabak Aji, tetapi ke tujuh putri ratu meminta satu persyaratan lagi, yaitu Suke Milung disuruh menyediakan kelambu sebanyak tujuh lembar untuk tempat tidur ke tujuh putri, dalam tempo sehari semalam. Syarat itu disanggupi oleh Suke Milung. Kate ratu, apabilah Suke Milung tidak dapat memenuhi syarat kali ini, Suke Milung akan dihukum pancung. Kemudian ratu berkata “ Suke Milung sebelum kaba nyiapkah tujuh kelambu tersebut aku ndek betanye lagi ngah kaba” kaba ni siape ? isak dimane ? jeme tue kaba sape dan dimane ?. Suke Milung menjawab aku ni adalah pisang batat ditengah hutan sarak adak meraje dide angkan kekaruh tambah jauh. Mendengar jawaban Suke Milung begitu, Ratu Aji berkata lagi ude kalu hek itu siapkanlah kendik putriku tadi.
Suke Milung dapat menyediakan ke tujuh kelambu yang sama bentuk dan warnanya. Ke tujuh kelambu itu dipasang diruangan tempat tidur ke tujuh putri, dan besok paginya Suke Milung harus mencari kelambu yang mana tempat tidur Putri Bungsu. Kalau salah, maka Suke Milung akan langsung dihukum pancung.
Suke Milung termangu, dalam hatinya alangkah sukar dan banyak cobaan yang harus dijalaninya, demi mendapatkan Putri Bungsu yang telah dijanjikan untuknya sebagai pemenang sayembara yang di adakan oleh Ratu Aji.
Sewaktu Suke Milung sedang duduk termangu-mangu itu, mendekatlah kucing, yang mengatakan bahwa Suke Milung tidak usah bingung, besok pagi kucing kumbang itu akan memberi tahu kelambu yang mana tempat tidur putri bungsu. Ternyata Suke Milung mengerti bahasa binatang, dia bersyukur akan mendapat bantuan dari seekor kucing yang memang kucing tersebut adalah peliharaan kesayangan Putri Bungsu.
Keesokan harinya Suke Milung pun diperintahkan oleh Ratu Aji untuk segera memilih yang mana kelambu tempat tidur putri bungsu. Suke Milung berjalan ke ruang tempat tidur tujuh putri dengan diiringi oleh algojo yang siap untuk memancung kepala Suke Milung. Dan sewaktu Suke Milung berjalan pelan sambil memikirkan yang mana tempat tidur Putri Bungsu, ketika Suke Milung persis berjalan dekat kelambu Putri Bungsu, kucing kumbang tadi segera menghampiri Suke Milung dan mengesek-gesekkan badanya ke kaki Suke Milung dan Suke Milung pun mengerti bahwa itulah tempat tidur putri bungsu dan ternyata benar, putri bungsu lalu ditarik keluar oleh Suke Milung. Walapun Suke Milung telah dapat dengan tepat memilih tempat tidur putri bungsu, putri bungsu masih masih tidak mau menikah dengan Suke Milung. Lalu Suke Milung bertanya mengapa Putri tidak mau ? apa oleh ujud Suke Milung yang tua, bungkuk dan kudisan itu ?. Kalau begitu kata Suke Milung, besok putri diajak mandi bersama-sama dengan mengajak 40 orang pengiringnya, Suke Milung akan mandi dihulu, dan putri dihilir, dimandian Beringin Jangkar Mas.
Sebelum mandi Suke Milung berpesan kepada Putri Bungsu, Katanya “ Beteri kalu ada tu anyut kele tulung sanggatkah dan daratkah ketepi “ . Lalu Suke Milung turun ke air, mandi sambil menyelam beberapa saat. Tidak lama kemudian Suke Milung berteriak, “ Beteri Bungsu kinak’ilah ade tu anyut sanggatkalah !”.
Putri Bungsu melihat sesuatu yang hanyut lalu diambilnya, ternyata itu adalah semacam kelumbusan, oleh pengiringnya dibawa kedarat. Suke Milung pun keluar dari dalam air seraya memangil dan menghampiri Putri Bungsu. Putri Bungsu terperangah, melihat seorang pemuda yang alap, tampan berwibawa dan sedang tersenyum kepadanya, Putri Bungsu bertanya “ Sape dengah ni, ngape keruan ngah nameku “. Suke Milung menjawab “ aku Suke Milung, inilah ujudku yang asli, dan nameku sebenarnya Simbang Gumay, ye denga ambek di ayek tadi adalah kelumbusanku.
Putri Bungsu merasa malu dan tersipu-sipu, ia teringat akan sikapnya yang tidak pantas terhadap Suke Milung sebelum itu. Putri Minta maaf, dan Suke Milung pun memaklumi sikap putri bungsu dan memaafkannya. Putri langsung jatuh hati kepada Suke Milung, dan dengan suka cita mengajak Suke Milung pulang keistana ayahandanya. Tidak lama setelah itu Suke Milung dinikahkan dengan Putri Bungsu. Ratu Saba Aji mengadakan perhelatan selama tujuh hari tujuh malam.
Putri Bungsu hidup bahagia dengan Suke Milung, dan dikaruniai delapan putra dan seorang putri. Adapun nama-nama anak Suke Miling dengan Putri Bungsu adalah :
1. Panjang
2. Remanjang
3. Untu
4. Remuntu
5. Indang
6. Remindang
7. Limpak
8. Limparan
9. Putri Suri Dendam.
Sewaktu Simbang Gumay masih berada di Kute Bentare, dia telah mempunyai seorang putra yang bernama Intan Permate Jagad.
Kesepuluh anak-anak Suke Milung tersebut bertebaran mendiami Sembilan Batanghari yaitu :
Musi, Enim, Lematang, Ogan, Komering, Lintang, , Rejang, Tulang Bawang, Kinal.
Sedangkan Intan Pemate Jagad , berdiam di Puntang anak sungai Lematang (Puntang Merapi) didaerah yang bernama Prabu Menang.
Demikianlah sekedar kisah cerita rakyat didaerah Gumay, KISAH SUKE MILUNG dan TIMPE RASAN.