08 Juli 1972
Antan-8 masih berperan
TERPENTJIL dan terkatup dari hubungan luar itulah masalah jang masih banjak dialami dusun-dusun di Sumatera Selatan. Tak terketjuali di kabupaten Lahat. Misalnja Marga IV Suku Negeri Agung ketjamatan Merapi, begitu pula Marga Gumay Ulu ketjamatan Pulau Pinang. Keduanja menghadapi persoalan sama, terpentjil. Tapi Marga Gumay Ulu ber beda. Dusun-dusun dalam Marga itu tahun demi tahun semakin kosong. Rakjat jang hampir seluruhnja terdiri dari petani ramai-ramai hidjrah. Entah sikap protes pada keadaan atau bagai mana, agaknja bagi mereka keterpentjilan menghambat perkembangan, kehidupan terutama. Dan mereka hidjrah bukan dari desa kekota seperti lainnja banjak terdjadi di Djawa. Tapi mereka menjebar dari desa kedesa daerah lain seraja membuka persawahan baru atau kebun-kebun tanamanperdagangan dikabupaten Musi Ulu Rawas, Redjang Lebong - Bengkulu Kotabumi -- Lampung Utara "Disana ada sadja Talang Gumay dan pada umumnja mereka berhasil dalam pertanian", kata Abdul Muis Djais, Tjamat Pulau Pinang jang kurus tinggi semampai, seraja membalik data-data mengatakan pada TEMPO: "Selama 10 tahun hampir 7% djumlah mereka jang pindah. Dari 8 dusun jang berpentjar hanja tinggal 961 djiwa, kurang lebih 330 kepala keluarga. Tapi ketika pilihan kepala Marga, mereka pulang hingga matapilih ada 1.004. Ini tak lain sebagai bukti, mereka masih tjinta pada tempat asalnja". Keruntung. Sjahdan Gumay ada tiga. Diibukota kabupaten Lahat sering di disebut "Gumay Tiga-djuru. Tiga pendjuru maksudnja. Masing-masing Gumay Talang, dan Gumay Lembak jang berada dalam djalur djalan raja propinsi ketjamatan kota Lahat. Sedang Gumay Ulu terletak dipinggang bukit. Ketiganja tidak terdaftar sebagai daerah minus, tapi termasuk surplus belum pula. Keterkatuban Gumay Ulu sedjak 12 km djalan kabupaten di "bumi hanguskan" ketika "politionil actie" tentara keradjaan Belanda tahun 1947. Tapi kemudian pemugaran djalan itu tak pernah pulih seperti semula. Untuk melewatinja, gerobak di tarik kerbaupun tidak bisa. Agaknja inilah penjebab awal kisah hidjrah di mulai. Dan apa boleh buat 80 hektar sawah teknis berikut kebun kopi, palawidja di Talang Rindu Hati dengan rasa berat ditinggal untuk sanak keluarga. Rumah-rumah djadi kosong melompong tanpa penghuni dan pemeliharaan. Bagi rakjat 8 dusun jang terletak berpentjar dalam Marga itu, memasarkan hasil kebun mereka harus merambah dua batang hari, air Lim dan Lematang. Kemudian memandjat dua bukit untuk sampai di Tandjung Tebat. Biaja angkutan? Rp 10 untuk setiap kg. Ini dikeluarkan dari kantong mereka untuk djemaah "armada keruntung"--alat angkutan jang bahan bakarnja adalah nasi, ikan asin dan tembakau. Sudah tentu bagi rakjat suatu siksaan. Apalagi membanding untuk 1 kg gula pasir nilai tukar 6 kg beras, atau 1 kg ikan asin sepat hampir berharga 10 kg beras ! Antan 8, Abdul Muis Djais memberikan djalan keluar. "Pemugaran djalan 12 km harus di-inpreskan" katanja. Dalam nada bertanja sebagai alasan dilandjutkannja: "Uang PMD Rp 100.000 setiap tahun, akan berapa lama membiajai djalan itu sampai selesai?" Memang agaknja serba sulit. Dalam urutan prioritas tentu sadja fihak atasan melihat wilajah mana jang harus didahulukan. Lazimnja diutamakan daerah gemuk jang banjak menghasilkan pangan atau sebagai sumber devisa. Alasan sjarat suatu Marga adalah Gumay Ulu pada achirnja akan lenjap? Tjamat Pulau Pinang itu tak langsung mendjawab. Tapi dikemukakannja sedjarah wilajah itu: "Tempo dulu di Gumay Ulu ada tiga marga. Entah bagaimana, atau tidak memenuhi sjarat pada achirnja digabungkan mendjadi satu. Alam Gumay djauh tidak lebih ganas dibanding wilajah Gunung Kidul. Busung lapar tak pernah terdjadi disana. Keamanan? Tak didjawab dengan kata tapi. Dan Puterpra mendjulurkan ibu djari tangannja. Selain perbukitan konon tjotjok untuk tanaman umur pandjang ada dataran rendah jang perlu didjamah oleh Pemerintah. Misalnja dalam soal pengairan untuk sawah. Konon putera kelahiran Gumay, Insinjur plus doktorandus Omar Tusin lewat Bupatit KDH Lahat pernah mengadjukan gagasan membendung sungai Lematang. Tapi rentjana jang maha besar agaknja mungkin baru tjotjok untuk tahun 2000-an. Sementara jang djelas keluarga-keluarga bekas pasirah, pembarap sudah sedjak lama pula hidjrah. Berpentjar-pentjar di Lahat, Palembang, Lampung bahkan sampai Djakarta. Adakah mereka tersentuh dengan kemungkinan Gumay akan tinggal dua-djuru?- Jang djelas di Guma, gemeritjik suara kintjir air dengan dentam-dentum tingkah antan-8 kini masih tetap berperan.
http://majalah.tempointeraktif.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar