GUMAY NIAN PO...!

25 Jun 2011

PUYANG GUNE RAJE MENUNTUT BALAS KE MAJAPAHIT

Oleh : Lan Djekindang

Setelah Negeri Ruban dapat dikalahkan seperti telah diuraikan terdahulu, maka Puyang Gune Raje  dan Puyang Bige kembali lagi menemui Ratu Majapahit untuk menagih janjinya hendak membunuh Kerie Tabing dan dinyatakannya bahwa Negeri Ruban telah dikalahkannya.
Mendengar keterangan Puyang Gune Raje dan Puyang Bige, Ratu Majapahit ingin mengulur janji dan mengulur waktu dengan menambahkan persyaratan baru yang harus dilakukan oleh Puyang Gune Raje dan Puyang Bige, yakni kalahkan lebih dahulu HULUBALANG 40 yang sangat terkenal kesaktiaanya disekeliling istana Ratu Majapahit. Dan persyaratan ini diterima.
Atas perundingan keduanya, maka Puyang Bige lah yang akan menghadapi Hulubalang 40 tersebut. Setelah Hulubalang 40 itu hadir semua dihadapannya, mulaillah ia menunjuk kearah hulubalang-hulubalang itu sambil menghitung satu persatu dari 1 sampai dengan seterusnya. Yang terkena hitungan Puyang Bige langsung roboh dan mati. Melihat tersebut beberapa orang hulubalang yang belum terkena hitungan Puyang Bige melarikan diri dari maut.
Melihat kehancuran hulubalang-hulubalangnya itu Ratu Majapahit jadi bingung, namun ia masih punya akal dan sempat berpikir. Kepada Puyang Gune Raje dan Puyang Bige ditawarkannya persyaratan lain lagi, yakni harus mengalahkan HULUBALANG 7, yang kegagahannya dan kesaktiannya lebih hebat dan tangguh dari hulubalang 40.
Atas Permintaan yang amat sangat kepada kakaknya Puyang Gune Raje, maka tugas ini agar saya lagi yang melakukannya kata Puyang Bige. Dan terpaksa Puyang Gune Raje mengalah dan setuju. Dan juga dalam perlawanan sekali ini Puyang Bige dapat mengakhirinya dengan menghancurkan ketujuh orang hulubalang itu.
Rupanya Ratu Majapahit yang menyaksikan peristiwa itu makin penasaran dan bernafsu sekali menghancurkan Puyang Gune Raje dan Puyang Bige. Masih ada seorang lagi yang sangat diandalkan kehebatannya oleh Ratu Majapahit. Orang tersebut adalah MUMBUNG MESEGI, yaitu kepala dari seluruh kepala hulubalang yang ada di Majapahit. Ratu Majapahit kemudian menawarkan kepada Puyang Gune Raje dan Puyang Bige untuk melawannya.
Untuk menghadapi Mumbung Mesegi ini Puyang Gune Raje dan Puyang Bige berunding lagi. Keinginan Puyang Bige, dia lagi yang melawannya, sedangkan Puyang Gune Raje berharap betul kepada Puyang Bige dengan muka cemberut menyetujuinnya.
Dan sebagai gelanggang tempat Puyang Gune Raje bertarung dengan Mumbung Mesegi, Ratu Majapahit menyediakan SEKHEKAP BESI, yaitu sebuah kotak besi yang tidak begitu besar atau luas dan tertutup ( hanya ada lobang kecil sekedar membantu udara masuk untuk pernapasan). Lalu masuklah keduanya dalam sekhekap besi dan dikunci dari luar dengan kuat.
Tidak berapa lama terdengarlah kedebag-kedebug dalam sekhekap besi itu menandakan duel antara kedua orang sakti tersebut sudah berlangsung. Lama pertarungan itu terjadi sampai memakan waktu sehari penuh. Namun tanda-tanda bahwa salah seorang dari keduannya telah menang ataupun mati belum kedengeran.
Pada hari kedua dari luar pertarungan makin seru. Baik Ratu Majapahit maupun Puyang Bige tetap menungu dengan harap2 cemas siapa gerangan yang akan keluar sebagai pemenang dan sebaliknya siapa yang akan mati kemudian dilemparkan kepada singa-singa lapar peliharaan Ratu Majapahit yang siap menguyah mangsa.

PERANG PEKIK NYARING DENGAN PALEMBANG

Oleh : Lan Djekindang

     Mendengar keragu-raguan Diwi Mengkute ini, lalu Puyang Pekik nyaring  bertambah nekad ingin memperisteri Diwi Mengkute ini,  meskipun dalam bentuk arwah. Tekadnya ini dimanifestasikan dalam pernyataan lisannya kepada Diwi Mengkute bahwa ia ingin mati atau tidak nyata, sehingga walaupun hanya arwah tetap ingin memperiste Diwi mengkute. Karena itu Puyang Pekik Nyaring menyatakan perang secara sepihak kepada Palembang yang tentu saja karena harga diri mendapat perlawanan mati-matian dari pihak Palembang. Dalam perang ini tak terhitung banyaknya orang Palembang yang menemui ajalnya. Sebab memang Puyang Pekik nyaring terkenal pula kesaktiannya kemana-mana. Hampir semua orang Palembang dihabisi kecuali yang tinggal dibilangan Lorong Paten sekarang, karena ditempat ini berdiam kelawai Puyang Pekik Nyaring  berserta suaminya. Tetapi akhirnya Puyang Pekik Nyaring sampai juga pada ajalnya disebabkan kelalaiannya sendiri sewaktu ia sedang istrirahat dirumah kelawainya yang bersuamikan orang Palembang itu. Melihat kakaknya yang tertua yang sangat disayanginya dan dikagumi itu duduk sendirian dan istrirahat maka kelawainya mendekat dan diperhatikannya rambut Puyang Pekik Nyaring sudah panjang betul melebihi bahu dan keadaan nya kusut masai, maka diambilkanlah oleh kelawainya  sebuah sisir guna membersihkan dan merapikan rambut kakaknya tadi, dan diberikan lah sisir terebut kepada kakaknya itu. Oleh Puyang Pekik Nyaring sisir itu diambilnya dan selanjutnya bersisirlah ia. Sambil bersisir itu terjadilah percakapan yang panjang antara Puyang Pekik Nyaring dan kelawainya dan dalam percakapan itu masih Nampak sifat kemanjaan dari seorang adik wanita terhadap kakanya. Diantara percakapan yang panjang tadi ada sesuatu yang ditanyakan oleh kelawainya yang semestinya tidak perlu dijawab dengan sebenarnya oleh Puyang Pekik Nyaring, namun Puyang Pekik Nyaring tidak menyadarinya dan berakibat menyebabkan kematiannya. Yaitu ketika kelawainya menanyakan : ‘ Ngape kakak di kalah-kalah bahkan dide mati melawan jeme Palembang ini padahal jeme sini banyak sedang kakak gi sukhang “.

PERANG DENGAN NEGERI RUBAN

Oleh : Lan Djekindang

 LATAR BELAKANG :  Puyang Muke Arahan mempunyai anak Sembilan orang, yaitu Atungkal Diwe, Gune raje, Dayang Pandan, Ambawan, Bige, Biji, Bile Bujang, Bile Pantas dan Bile Raje. Dari Sembilan bersudara ini yang tertua adalah Puyang Atungkal Diwe, dan satu-satunya yang puteri adalah Dayang Pandan. Suami Dayang Pandan tersebut adalah seorang hulubalang dari Majapahit bernama KRIE TABING yang gagah perkasa lagi sakti. Pada suatu waktu dikarnakan Kerie Tabing sakit hati yang kurang beralasan, maka Puyang Atungkal Diwe mati dibunuh oleh Kerie Tabing dari belakang sepulangnya bertandang kerumah Dayang Pandan dan adik iparnya Kerie Tabing di dusun Jati. Dengan kematian Puyang Atungkal Diwe tersebut maka kesepakatan saudara-saudaranya yang lain, berangkatlah Puyang Gune Raje dan Bige ke negeri Majapahit untuk membunuh Kerie Tabing sebagai Tuntutan balas dendam atas kematian saudara  tertuanya Atungkal Diwe yang sangat dicintai. Dan untuk maksud tersebut langsung menemui Ratu Majapahit pada masa itu. Atas maksud Gune Raje dan Bige itu secara Diplomasi tidak ditolak oleh Ratu Majapahit, pada hal Ratu Majapahit sangat meyayangi Kerie Tabing. Karena itu Ratu Majapahit berharap kepada Gune Raje dan Bige sebelum melaksanakan niatnya untuk membunuh Kerie Tabing agar terlebih dahulu mengalahkan negeri Ruban, yaitu suatu negeri yang sangat diandalkan oleh Ratu Majapahit yang tidak tampak oleh penglihatan dan merupakan satu-satunya negeri yang sangat kuat lagi sakti yang sangat diandalkan oleh Ratu Majapahit. Atas persyaratan yang diajukan oleh Ratu Majapahit ini Gune Raje dan Bige menerimanya dan menyatakan sanggup untuk mengalahkan negeri Ruban meskipun sebetulnya mereka berdua belum tahu langkah bagaimana yang mesti ditempuh untuk melaksanakannya.
 Untuk melaksanakan perang ini, Gune Raje dan Bige pada mulanya mengalami kesulitan mengingat negeri ruban dan penghuninya tidak tampak oleh penglihatan. Karena itu dilakukan pendekatan kepada orang yang diyakini memiliki ilmu dapat menampakkan barang yang tidak nyata. Dan orang dimaksud adalah Puyang Orang Lahat Tengah yang bernama PUYANG SIAK MELAYANG SAKTI dan dimintakan keiklasan untuk membantu dalam perang melawan negeri Ruban.
 Mula-mula Siak Melayang Sakti berkeberatan memenuhi permintaan puyang Gune Raje dan Puyang Bige itu. Sebab Negeri Ruban terkenal sekali ketanguhanya dan kesaktiannya, sedangkan Siak Melayang Sakti hanya sekedar memiliki ilmu yang biasa menampakkan sesuatu yang tidak nyata saja. Jadi Puyang Siak Melayang Sakti sebetulnya takut mati sia-sia saja . Lagi pula dari negeri  Ruban tidak terhitung banyaknya, sedangkan mereka yang akan melawanya hanyalah tiga orang saja yaitu Gune Raje, Bige dan Siak Melayang Sakti.
            Tetapi Puyang Gune Raje dan Puyang Bige tetap saja mendesak Puyang Siak Melayang Sakti agar bersedia membantu memerangi Negeri Ruban dengan memberikan jaminan kalau Puyang Siak Melayang Sakti takut mati sia-sia, maka nyawanya akan ditelak-I (dimasukkan dalam sebuah telak). Mendengar adanya jaminan tersebut Puyang Siak Melayang Sakti akhirnya bersedia membantu memerangi Negeri Ruban. Karena itulah sejak saat itu Puyang Siak Melayang Sakti dikenal pula dengan sebutan PUYANG PETELAK.
            Kemudian berangkatlah Puyang Gune Raje, Puyang Bige dan Puyang Petelak menuju negeri Ruban yang tidak tampak dalam penglihatan itu. Sesampai di daerah yang diduga Negeri Ruban, maka Puyang Petalak mulai melaksanakan Ilmu kesaktiannya, dan serta merta Negeri Ruban tersebut menjadi nyata dan Nampak dengan jelas sekali dimata ketiga orang itu.
            Ketiga orang tersebut waktu itu masih berada disebelah luar kerajaan Negeri Ruban ini dan rupanya Negeri Ruban tersebut dikelilingi oleh benteng yang terbuat dari gangse dari bawah hingga ke langit tinggi nya dan sangat sulit diketahui dimana pintu gerbang masuknya.
            Maka tugas selanjutnya adalah mencari dimana letak pintu masuk tersebut. Tugas ini dilakukan oleh Puyang Gune Raje dan Bige. Sedang Puyang Petelak karena tugasnya membuat Negeri Ruban jadi nyata sudah selesai, maka ia diminta keiklasanya untuk ngarak makan (menyiapkan makanan) selama Gune Raje dan Bige mencari pintu gerbang Dimaksud.
            Dalam menyiapkan makanan tersebut sambil menunggu Puyang Gune Raje dan Puyang Bige, Puyang Petalak pergi mencari batan gulai, dihari pertama menemukan sejenis ikan yang disebut BUJUK. Sebelum digulaikan oleh Puyang Petalak diberitahukan dulu kepada Puyang Gune Raje dan Puyang Bige. Oleh Gune Raje dan Puyang Bige ikan bujuk itu dilarang untuk digulaikan, sebab bagus untuk dijadikan pusake atau senjata perang.
Hari kedua Puyang Petalak menemukan UMBUT MANAU untuk digulai, tetapi oleh Puyang Guneraje dan Puyang Bige rupanya dilarang juga untuk digulaikan, sebab bagus pula untuk dijadikan pusake dan senjata perang.
            Akhirnya oleh Puyang Gune Raje dan Puyang Bige dapatlah ditemukan pintu gerbang masuk dari benteng negeri Ruban. Dan sewaktu mereka berdua melewati pintu benteng negeri Ruban dan terus masuk ke negeri tersebut, memanglah benar penghuninya tidak tampak, seakan-akan negeri itu sepi dan tidak berpenghuni sama sekali meskipun negerinya tampak. Dan sewaktu Puyang Gune Raje dan Puyang Bige akan melewati sebuah parit yang berisi air di negeri itu, maka dalam air parit itu Puyang Gune Raje dan Puyang Bige melihat bayang-banyang orang dipermukaan air parit tersebut, menandakan penghuni negeri Ruban tersebut bertebaran diangkasa.
            Melihat banyaknya orang dipermukaan air tersebut lantas Puyang Gune Raje dan Puyang Bige memandang keatas, dan rupanya Raja Ruban dan Hulubalangnya mengetahui pula kedatangan Puyang Gune Raje dan Puyang Bige.
Lantas secara replek Puyang Gune Raje dan Puyang Bige memberikan reaksinya dengan kesaktiannya sambil menunjuk kearah orang-orang yang berada di sebelah atas, dan seketika itu pula jatuhlah dalam keadaan terduduk di hadapan Puyang Gune Raje dan Puyang Bige seorang kepala dari seluruh hulubalang di negeri Ruban yang sangat tersohor kesaktiannya lagi amat disegani dan ditakuti baik kawan maupun oleh musuh-musuh negeri Ruban. Hulubalang tersebut adalah RADEN PAPAK, putera raja Ruban itu sendiri.
Guna menghindari malapetaka lebih lanjut Raden Papak dengan cepat menyapa Puyang Gune Raje dan Puyang Bige, sehingga terjadilah dialog lebih kurang sebagai berikut :
Raden Papak …………:  Ngape Gumay lah sampai kesini, tuape maksud kamu ?
Gune Raje dan Bige :  Kami ndak ngajak perang
Raden Papak………… :  Ngape nak Perang ige, kami lah kalah                   .
Setelah Negri Ruban menyatakan kalah dalam perang yang tidak berlangsung tersebut, Puyang Gune Raje dan Bige lalu bermaksud pulang ke Balai Buntar atau Langu. Dan sebagai tanda kekalahan negeri Ruban, Puyang Gune Raje dan Bige diperkenankan membawa senjata yang bernama GURUH KEMARAU dan dua orang putri sebagai anak tawan, yaitu Diwi MENGKUTE (kelawai raden Papak ) dan Dayang Kedayun sebagai Inang pengasuh. Selanjutnya dalam perang Gumay melawan Belanda di Benteng Jati, senjata Guruh Kemarau, Buntang Bujuk dan Umbut manau dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dayang Kedayun selajutnya diperistrikan oleh salah seorang anggota keluarge Gune Raje dan keturunannya mengadakan dusun Mandi angin Gumay Talang
Sedang Diwi Mengkute mau diperistrikan oleh Puyang Pekik Nyaring (Lautan Puyang Gune Raje), tetapi Diwi tersebut menyatakan keragu-raguannya mengigat ia berasal dari yang tidak nyata dan ia sendiri pada mulanya tidak nyata, maka wajar kalau yang memperistrinya yang tidak  nyata pula, bukan orang yang nyata.

RIWAYAT PUYANG GUNE RAJE NIKA DENGAN PUTRI DAYANG INTAN ANAK RATU LANGU

Oleh : Lan Djekindang

Puyang Remanjang di  Lubuk Sepang.
Anaknya ada dua :
1. Yal Bingkuk Gumay Ulu
2. Kerie Sindang Matahari  (Muke Arahan) Gumay  Lembak,Gumay Talang

Kerie Sindang Matahari mempunyai anak dari Istri pertama lima orang, empat laki-laki dan satu perempuan :
1.      Atungkal Diwe
2.      Gune Raje
3.      Ambawan
4.      Bige
5.      Dan yang perempuan Dayang pandan

Dari Istri Kedua mempunyai tiga orang anak :
1.      Bile Raje
2.      Bile Bujang
3.      Bile Pantas

Dayang Pandan belaki Puyang Kerie Rumbak dusun Bandar Agung, Dayang Pandan bekendak sabuk lawan kain seberat serepih tanduk Ruse.
Gune Raje ngendak kah beruge ulung jambul putih.
Kata Gune Raje pada Kerie Rumbak, adik Kerie Rumbak, Dayan Pandan bekendak, aku bekendak, adik sudah mengetahui. Kalau dua macam pengendak sudah cukup Dayang Pandan dan Kerie Rumbak,Perkawinan kami laksanakan.
Jawab Kerie Rumbak, Pengendak Dayang Pandan sudah cukup, pengendak kakak akan kucari.
Berjalan Kerie Rumbak mencari pengendak Gune Raje, diatas bumi terbentang, di bawah langit teterukup kene sinar matahari, suak suake bumi Allah, lah idar gale kujalani. Beruge ulung Jambul putih pengendak kakak dik betemu, aku berserah pada kakak.
Jawab Gune Raje ayu dik pagi kite bejalan. Pikir Kerie Rumbak kemane lagi bejalan esok harinya. Berjalanlah Gune Raje dan Kerie Rumbak menuju Teluk Gumay di Rambang Timpe Rasan. Setelah sampai di Teluk Gumay, adik Kerie Rumbak kata Gune Raje lihatlah ini didalam Teluk Gumay beruge ulung jambul putih. Kerie Rumbak Tidak berpikir lagi langsung menyelami Teluk Gumay, dik bedie, mendarat dilihat ade didalam teluk Gumay, Kerie Rumbak nyelam lagi sampai tiga kali nyelam.
Kate Gune Raje, adik Kerie Rumbak tiap-tiap bayang ade punya bayang, lihatlah keatas itu die beruge ulung jambul putih serta besi paku penambangnya kata Gune Raje pada Kerie Rumbak. Adik aku akan sembahyang dua reka’at salam, bilamana aku sujud ayam beruge   ulung jambul putih serta tali pengebat paku penambangnye jatuh tangkap oleh adek.
Waktu Gune Raje sujud, ayam beruge jatuh ditangkap oleh Kerie Rumbak. Kakak Gune Raje pengendak kakaklah dapat terimelah oleh kakak. Pengendak Gune Raje dan Dayang Pandan sudah cukup langsunglah pernikahan Dayang Pandan dengan Kerie Rumbak di Bandar Agung. Tande Dayang Pandan nangkan kule berete meskipun merunggu di Bandar Agung,numbuk mubungan adik sanak di Lubuk Sepang.
Satu bentuk gelang emas (gelang nage) di batak Dayang Pandan ke Bandar Agung, sampai kini satu bentuk gelang disimpan Gune Raje dan sampai sekarang ini disimpan oleh Junjungan Gumay Rumsah Amasin di dusun Endikat Gumay Talang.

ASAL USUL MANUSIA PENGHUNI GUMAY ULU

Oleh : Lan Djekindang
 
Pada zaman dahulu dusun yang tertua Suku Gumay di kabupaten Lahat adalah Lubuk Sepang. Asal puyang pertama di Lubuk Sepang Puyang Remanjang anak Suke milung dusun Timpe Rasan rambang (Rambang Timpe Rasan).
            Anak puyang Remanjang ada dua orang :
1.      Yal Bingkuk
2.      Muke Arahan

Dua beradik ini sering bertanya pada ayahnya siapa yang tua antara kami berdua, ayahnya tidak memberikan penjelasan siapa diantara keduanya yang tertua. Setelah umurnya sudah dewasa (remaja), sang ayah menyuruh anaknya berdua pergi kedusun Pandan Enim miminta dan bertanya pada saudara kandung ayahnya, menanyakan siapa diantara kami berdua ini yang tua. Tiga hari tiga malam dirumah waknya di Pandan Enim belum juga dapat jawaban menunjukkan siapa yang tertua. Akhirnya dua beradik ini disuruh pulang ke Lubuk Sepang membawa paha kerbau satu orang paha muka dan satu orang paha belakang.
Mula-mula berangkat dari Pandan Enim Yal Bingkuk membawa paha muka dan Muke Arahan membawa paha belakang, tidak jauh lagi sampai di Lubuk Sepang di Air Labu berhenti sejenak melepas lelah, kemudian meneruskan lagi perjalanan, Yal Bingkuk berkata saya membawa paha belakang, bawalah paha muka berkata Yal Bingkuk kepada saudaranya Muke Arahan. Setelah sampai di Lubuk Sepang ayahnya bertanya menurut wak’an kamu berdua siapa yang tue, jawab keduanya wak’an tidak menunjukkan siapa yang tua, kami berdua disuruh pulang membawa paha kerbau, kemudian kata sang ayah Yal Bingkuk paha yang mana jawab Yal Bingkuk yang besar ini ayah (paha belakang) Muke Arahan membawa paha muke, ayahnya belum ada menunjukkan siapa yang tua diantara mereka berdua.
Esok harinya ayahnya menyuruh kedua kakak beradik ini mengeluarkan kerbau dari sangkar dan berkata sang ayah kepada Yal Bingkuk dan Muke Arahan, hai anak ku berdua lihatlah yang mana dahulu berjalan keluar paha belakang atau paha muka. Kemudia jawab Yal bingkuk paha muka ayah,kemudian sang ayah berkata sekarang jelas siapa yang membawa paha muka itulah yang tertua. Ini hari ayah menetapkan yang tua adalah Muke Arahan, sedangkan petunjuk dari ibu mengatakan yang tua adalah Yal Bingkuk, pada hari itu dibatalkan oleh dia sendiri petunjuk filsafat yang terdapat dari bukti yang dikerjakan berdua.
Setelah itu Yal Bingkuk timbul pemikiran hendak meninggalkan kampung halamanya Lubuk Sepang ia merasa kecil hati pada diri sendiri, dari pada saya tinggal di dusun laman bersama ayah dan ibunya, lebih baik saya mengembara kedalam rimba belantara yang tidak ada manusianya. Kemudian diam-diam Yal Bingkuk berangkat menyusuri mudik air lim dengan membawa satu kempik penyimpan barang-barang , satu ekor kerbau dan satu batang balau (tombak). Pada suatu hari Yal bingkuk berhenti berjalan dibatu (amparan) ini tuhan menunjukkan kuasanya, bekas tapak kaki Yal Bingkuk, tinjak kerbaunya,pendudukan kempik,lubang lencing tumbak dan kubungan kerbau berbekas sampai sekarang dan tempat ini bernama lubuk tapak (tinjak) puyang.  Yal Bingkuk kemudian terus berjalan menyusuri air lim kemudian sampai di muara Lim besar dan Lim kecil dan kembali menyusuri mudik ke air lim besar  kurang lebih 500 meter dari muara lim besar dan Lim kecil ini Yal Bingkuk berhenti, di tempat ini lah dinamai oleh nya Lubai . Diantara Lim besar dan Lim kecil inilah Yal bingkuk berhenti dan merancang dusun yang kemudian dinamai Dusun Lubai. Setelah membuka dusun Lubai Yal Bingkuk berumah tangga menikah dengan putri  dusun Tebing Pelawi Enim , kemudian ditempat baru ini baru ini Yal Bingkuk sering duduk ditepian sungai.
 Pada suatu hari dia melihat potongan bambu hanyut di sungai dan dia berpikir bahwa di uluan sungai pasti lah ada orang lain yang medahului mendiami daerah ini dan benar apa yang pikirkan oleh Yak bingkuk tidak lama dari situ Yal Bingkuk didatangi orang yang tinggal di uluan sungai lim, orang itu bernama Rejang (puyang orang rejang ). Orang dari uluan  berkata kepada Yal Bingkuk, kamilah yang pertama kali mendiamin daerah ini, buktinya ini tanaman kelapa kami sudah besar kata orang itu sambil menujukkan pohon kelapa tanamanya.  Yal bingkuk  tidak mau kalah dan menjawab “saya juga sudah duluan tinggal disini”. Orang itu berkata mana buktinya kalau kamu yang pertama kali datang di daerah ini, Yal Bingkuk tidak mau membuat kekacauan dan dia berjanji pada orang uluan itu dalam jangka tiga hari dia akan mengundang orang uluan itu datang ke dusunnya Lubai untuk memperlihatkan bukti, ternyata Yal Bingkuk dalam waktu tiga hari itu dipergunakan untuk mengangkat niuw gayuw bantalan ahang (batang kelapa yang sudah tua berakar banyak) dicabut dan ditanamkan nya lagi di tengah-tengah dusun Lubai.
Setelah tepat waktunya orang uluan yang diundang tadi datang untuk membuktikan siapa yang pertama bertapak di daerah itu, kemudian orang tersebut melihat niuw gayue  bantalan ahangan sudah ada di dusun Lubai, setelah itu baru orang itu mengakui bahwa yang dahulu bertapak di daerah ini adalah Yal Bingkuk dan orang itu secara tidak langsung pergi meninggalkan tempat itu mencari pertapakan baru.

Pernikahan Yal bingkuk dengan putri Tebing Pelawi Enim mempunyai lima orang anak laki-laki yaitu :
1.      Kerie Sendan
2.      Kerie Dayang
3.      Kerie Mukmin
4.      Kerie Tara
5.      Kerie Tirah

Kerie Sendan tinggal didusun Lubai
Kerie Dayang pindah ke Lubuk Sele
Kerie Mukmin pindah ke Serungge Kikim ilir
Kerie Tirah dan Kerie Tarah ke Dusun Kolam Muare dua Pagar Gunung

Anak cucu Kerie Sandan dan Kerie Dayang mendiamin Lubai dan Lubuk Sele telah menjadi sekelompok masyarakat  yang kecil yang mempunyai persatuan yang kuat dan apa saja yang dirancang dituju oleh kelompok kecil ini dengan melalui sidang musyawarah mupakat yang bulat dipimpin oleh yang tertua.
Hasil musyawarah anak cucu Yal Bingkuk yang ada di Lubai dan di lubuk Sele dan anak cucu Muke Arahan yang di Lubuk Sepang menetapkan Lubay dan Lubuk Sele diberi nama Gumay Ulu, Kemudian Lubuk Sepang dan lain-lain di beri nama Gumay Lembak. Dan salah seorang anak Muke Arahan yang bernama Gune Raje berpindah ke daerah Endikat, daerah ini kemudian disebut dengan Gumay Talang
Pimpinan Marga pada zaman dahulu sering berpindah-pindah, pimpinan ini disebut Imam atau junjungan Gumay. Jadi kesatuan marga  tersebut di namakan Gumay, setiap dusun bagian dari Gumay di ketuai oleh Jurai Tue atau pemuka adat, sedangkan diatas Jurai Tue  atau pimpinan umum di sebut dengan Imam atau junjungan Gumay, yaitu Pimpinan Tunggal suku Gumay.
Jadi penghuni Gumay Ulu telah mempunyai adat istiadat dan kebudayaan yang baik dan kegotong royongan yang dipimpin oleh ketua adat.
Selanjutnya anak cucu Kerie Sendan Pindah ke ulu air lim besar dan lim kecil kemudian dusun ini diberi nama Lubai dua, waktu Kerie Peniun (cucu Yal Bingkuk) pulang dari Majapahit, Batu Kuning diletakkan pada tengah-tengah dusun Lubai dua, dan dusun Lubai dua berubah nama menjadi dusun Mekam Gumay Ulu.

Perpindahan dusun-dusun di Gumay Ulu
Dusun Pertama di Gumay Ulu adalah Lubai setelah dusun sudah berdiri lama, kemudian berunding antara masyarakat  dengan pemuka adat  untuk pindah dusun dan setelah pemufakatan disetuju maka pindah lah menghulu sungai lim, membuat dusun yang dinamai Lubai dua, setelah menatap di Lubau dua, masyarakat Lubai dua mengadakan perundingan untuk mencari kekuatan di dalam dan di luar dusun untuk menghadapi musuh di dalam dusun, di luar dusun atau kalau ada binatang buas yang memasuki dusun. Setelah perundingan di adakan maka diutuslah Kerei Peniun anak Kerie Sendan untuk pergi ke kerajaan Majapahit mencari alat Untuk berperang.

Kepulangan Kerie Peniun dari Majapahit membawa alat-alat untuk berperang serta batu wasiat dari Majapahit, dan pesanan Majapahit bahwa dimana batu ini dikuburkan disitu makam aku, kata kepala kerajaan Majapahit, sehingga dusun Lubai dua tersebut di ubah menjadi dusun MEKAM, dusun ini dikelilingi oleh siring lebar dan dalam yang berfungsi untuk pagar dusun dan untuk menghindari acaman bintang buas dan musuh. Siring yang mengelilingi dusun ini mempunyai satu pintu gerbang yang di jaga HULUBALANG atau orang yang banyak mempunyai kekuatan gaib.

KISAH SUKE MILUNG DAN TIMPE RASAN

Oleh : Lan Djekindang

Di Kute Bentare, ada seorang ibu yang sedang hamil tua hidup berdua dengan anaknya yang bernama Simbang Gumay, sedangkan ayahnya yang bernama Ratu Kebuyutan telah meninggal.
Pada suatu hari si ibu sedang menyulang (membelah kayu menggunakan kapak) untuk dijadikan puntung (kayu bakar). Kayu yang disulang si ibu ini adalah batang Pedare yang terkenal keras dan alot, sehingga si ibu kesulitan membelah-belah kayu tersebut, apa lagi dia dalam keadaan hamil. Dikarenakan merasa kelelahan dan pekerjaan nya belum mendapat hasil seperti yang dikehendakinya, si ibu berkata kepada dirinya sendiri “ Ah ! seandainya ada orang yang mau membelah kayu ini, kalau anak yang kukandung ini perempuan, kelak akan aku nikahkan padanya apa bila yang menolongku laki-laki “. Ternyata kata-kata si ibu tadi didengar oleh seorang pemuda yang sedang lewat, dan pemuda tersebut menghampiri si ibu seraya bertanya apakah si ibu tadi benar-benar serius dengan janjinya, dan si ibu mengiakan. Lalu pemuda tersebut tidak memakan waktu yang lama pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan mudah. Ibu Simbang gumay mengucapkan terimakasih, dan pemuda tersebut pamit untuk meneruskan perjalanannya, dan berkata kelak akan kembali lagi untuk menagih janji pada si ibu.
Setelah sampai waktunya si ibu melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat dan cantik, dan diberi nama Rubiah Bintang Beseli, yang nantinya juga disebut Renik Dabung. Simbang Gumay sangat senang mendapat seorang adik perempuan, dia sangat menyanyangi kelawainya itu.
Rubiah Bintang Beseli semakin hari semakin besar, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, baik budi pekertinya, manis tutur bahasanya, sehingga menjadi kebanggan dan disayang oleh penduduk Kute Bentare.
Pada suatu hari datanglah pemuda yang pernah menolong ibu Simbang Gumay nyulang puntung tempo hari. Pemuda tersebut datang menghadap ibu Simbang Gumay menagih janji si ibu yang akan menikahkan putrinya kepadanya, apa bila ia melahirkan anak perempuan. Tetapi si ibu menyangkal dan berkata bahwa ia tidak pernah mengucapkan janji seperti yang ditagih tersebut, dikarnakan si ibu telah mengetahui siapa sebernanya jati diri pemuda itu yang tidak lain adalh seekor naga jadi-jadian yang bernama Barongsang Sakti atau Ratu Siak Nage. Pemuda atau Siak Nage sangat marah, maka terjadilah pertengkaran dengan ibu Simbang Gumay. Mendengar ada keributan didepan rumah, Simbang Gumay keluar, dan diapun marah melihat ibunya sedang ditunjuk-tunjuk dan dibentak-bentak oleh pemuda yang tidak dikenalnya. Maka terjadilah perkelahian antara Simbang Gumay dan Pemuda perantau itu, perkelahian sangat seru dan hebat keduanya sama-sama sakti dan tangkas, sehingga biarpun berlangsung lama belum ada yang kalah dan menang. Kesaktian keduanya tampak seimbang, sampai akhirnya pemuda jelmaan naga itu mengeluarkan kesaktiannya yang paling tinggi. Pemuda tersebut menepukkan telapak tangannya ketanah tujuh kali, maka memancarlah air yang sangat deras dari tempat yang ditepuknya tadi. Tujuh pancaran air tadi membuat Simbang Gumay kebingungan, ditutupinya pancaran air tadi dengan kedua telapak tangannya, empat mata air dapat ditutupinya, tetapi yang tiga lagi tetap memancar dan semakin lama semaking deras. Terjadilah banjir besar di Kute Bentare menengelamkan segenap isinya. Diwaktu itulah naga Barongsang sakti melarikan Renik Dabung.
Sewaktu Renik Dabung dibawa lari ia masih sempat berteriak kepada kakaknya Simbang Gumay, katanya “Kak ! masuklah kedalam gendang besar dan jangan keluar !. Jika kakak telah mendengar suara ikan Sebaraw kemektiran dipucuk ayik barulah kakak keluar dari dalam gendang itu”. Simbang Gumay segerah meraih gendang besar tersebut. Kute Bentare hilang tenggelam dilanda bencana, dan dikemudian hari tempat itu disebut Timpe Rasan, dan kemudian menjadi Temperasan.
Setelah lama Simbang Gumay terkantung-kantung dalam gendang, akhirnya dia mendengar suara kemektiran ikan Sebaraw disekitar gendangnya, Simbang Gumay  teringat akan pesan kelawainya, dan diapun keluar dari dalam gendang. Ternyata gendang tadi telah membawa Simbang Gumay kesuatu tempat yang bernama Beringin Jangkar Emas, pemandian di Kute Aji Mentare. (Daerah Lampung)
Dengan menyamar menjadi kakek-kakek yang bungkuk dan kudisan, Simbang Gumay berjalan terhuyung-huyung, dikarnakan terlalu lama terombang ambing dalam gendang, dia memasuki Kute Aji Mentare. Ketika dia bertemu dengan seorang penduduk setempat, Simbang Gumay ditegur oleh orang tersebut, “ Sape kabana ? ndak kemane ?, ngape bejalan te milung-milung ni ? “ Simbang Gumay menjawab bahwa dia hendak mencari upahan, hendak numpang hidup ditempat itu, lalu orang itu membawa Simbang Gumay menghadap Ratu Sabak Aji. Ratu Sabak Aji melihat Simbang Gumay berjalan terhuyung-huyung mendekatinya, Ratu Berkata ngape bejalan temilung-milung ni “. Simbang Gumay lalu dipangil orang sekitarnya dengan SUKE MILUNG. Setelah sampai dihadapan Ratu Sabak Aji, Simbang Gumay menyatakan maksud dan tujuannya menghadap Ratu, dikatakanya bahwa ia hendak menumpang hidup dirumah Ratu. Ratu Sabak Aji menerimanya dengan syarat-syarat, yaitu :
1. Asal kaba pacak naik waktu musim buah
2. Asal kaba pacak ncakae ndik gulai bile sedekah
3. Asal kaba pacak nolongi begawe di ume
Kesemua syarat itu disanggupi oleh Suke Milung, dan ternyata sewaktu musim buah tiba, dalam waktu singkat Suke milung sudah dapat mengumpulkan buah yang banyak, rupanya kalau naik pohon kemampuan Suke Milung bak Simpay nga Siamang. Demikian pula sewaktu Ratu akan Sedekah dan memerlukan ikan untuk gulai, Suke Milung dalam waktu singkat dapat mengumpulkan ikan yang banyak, rupanya kemampuan Suke Milung menangkap ikan bak Simung nga Mehang. Demikian juga dalam menolongi Ratu di ume, Suke Milung tahan tidak medarat, istirahat kalau mau makan, rupanya Suke Milung tahan ditengah ume dari terik matahari dan turunnya hujan bak tunggul saje ditengah ume.
Sewaktu musim menugal tiba. Diume Ratu Sabak Aji (Ratu Aji ) diramaikan oleh pemuda-pemuda dan gadis-gadis yang menolongi rumah Ratu nugal, maklumlah dikarnakan Ratu Aji mempunyai tujuh orang putri yang cantik-cantik. Demikian juga penduduk Aji Mentare banyak menolongi, tua, muda,lanang betine.
Ditengah ume Ratu ada Pungguw (tunggul) kayu enggris yang besar, disebutkan kira-kira tiga lingkaran pelukkan orang dewasa. Putri Bungsu melihat ada anak burung takow (pelatuk) di pungguw kayu itu, dia minta diambilkan anak burung itu kepada ayahnya, Ratu minta tolong kepada pemuda-pemuda yang ada disitu untuk menangkap anak burung tersebut. Tetapi tidak seorang pun dari pemuda-pemuda itu yang dapat mengambil anak burung itu. Melihat tidak ada yang dapat mengambil anak burung tersebut putri Bungsu menangis tiada henti-hentinya, berbagai upaya untuk membujuk putri Bungsu tetap tidak berhasil,putri bungs u terus menangis. Akhirnya Ratu Sabak Aji mengumumkan bahwa siapa yang dapat mengambil anak burung Takow itu, kelak apa bila Putri Bungsu dewasa akan dinikahkan kepadanya. Maka bergantianlah para pemuda, anak raje mencoba menangkap anak burung tersebut, tetapi semuanya tidak ada yang berhasil. Tinggal satu orang yang belum mencoba yaitu Suke Milung atau Simbang Gumay. Para pemuda dengan nada mengejek menyuruh Suke Milung menangkap anak burung yang masih ada dalam Pungguw kayu. Suke Milung menyanggupi, diambilnya sebatang tugal dan dengan berlandaskan pahanya tugal itu diperuncing nya dengan menggunakan pisau yang sangat tajam, semua orang yang melihatnya keheranan, karena paha Suke Milung tidak terluka sedikitpun, diwaktu itulah orang-orang yang menyaksikan disana telah dapat menduga bahwa Suke Milung yang tua, bungkuk dan kudisan itu bukan orang sembarangan, mereka menduga pasti lah Suke Milung mempunyai kesaktian yang tinggi.
Setelah ujung tugal itu menjadi runcing lalu Suke Milung membaca dalam hatinya Ucap Tumbak Takow  dan ditombakanya ke pungguw tempat burung takow bersarang, dan tugal itu tepat menutupi lobang  sarang burung itu, dengan demikian burung itu tidak dapat keluar. Suke Milung kemudian mengambil udhuk untuk untuk melaksanakn solat dua rekaat satu kali salam, sebelunya solat dia berpesan kepada Ratu Sabak Aji bahwa apa bila Pungguw (tunggul) kayu rebah,cepat-cepatlah ambillah anak burung dari sarangnya itu. Maka mulailah Suke Milung mengerjakan sholat. Anehnya ! sewaktu Suke Milung rukuk, pungguw itupun ikut condong, sewaktu Suke Milung Sujud, Pungguw itupun rebah ketanah, dan dengan cepat diambil anak burung takow itu oleh Ratu Aji, dan setelah Suke Milung selesai Sholatnya Pungguw itu pun kembali tegak berdiri.
Setelah Putri Bungsu dewasa Simbang Gumay atau Suke Milung datang menghadap Ratu Sabak Aji, menayakan tentang janji yang pernah diucapkan Ratu, sebenarnya dalam hati Ratu tidaklah iklas, membayangkan putrinya yang cantik akan kawin dengan laki-laki yang fisiknya seperti Suke Milung, lalu ratu menolaknya dengan dengan secara halus, dengan mengatakan semuanya terserah dengan Putri Bungsu, sebenarnya putri bungsu tidak mau menepati janji tetapi putri tidak mau berterus terang, dan mengajukan syarat-syarat kepada Suke Milung, adapun syarat-syarat tersebut adalah :
1. Nak daun sirih selebar jebang
2. Nak bangkah sebesak kulak
3. Nak tebu sepunjung langit
4. Nak redap ndi bawak tume
5. Nak ayam bekukuk sahi
6. Nak barang nyehepikka tanduk
Semua persyaratan itu disanggupi oleh Suke Milung, dan mulailah dia berkelana mencari syarat-syarat yang diminta oleh Putri Bungsu.
Tersebutlah ketika Suke Milung berada ditengah laut, sewaktu membungkukkan badan ingin cuci muka sekedar mengurangi kepenatan  Kerisnya terluncur masuk laut, menyadari itu Suke Milung langsung terjun masuk laut untuk mengambil kerisnya. Ketika Suke milung menyelam dan mencari keberadaan kerisnya, dia melihat suatu tempat yang bercahaya. Suke Milung mendekat ke tempat yang bercahaya tersebut dan melihat suatu bangunan seperti istana didalam laut itu. Ketika Suke Milung menghampiri istana tersebut, ada suara yang mempersilahkannya masuk, masuk lah kak ! kehis kakak tu ade disini, tu die ! Ternyata itu adalah kelawainya yang tempo hari dilarikan oleh nage, yaitu putri Rubiah Bintang Berseli atau yang disebut Renik Dabung.
Putri Renik Dabung berkata bahwa dialah yang mengambil keris kakaknya, dan itu disengajanya supaya kakaknya dapat bertemu denganya.
Sewaktu Kelawai dan Muanai itu sedang berbincang-bincang, maka terdengarlah dari jauh suara naga yang akan pulang ke istananya. Putri Renik Dabung cepat-cepat menyembunyikan kakaknya. Sewaktu sang naga masuk keistanahnya, ia berseru “ hai ! ngape ade mbau Jemim “ Renik Dabung berkata bahwa ialah jemimnya, tetapi naga mengatakan bahwa itu bau jemim lain. Renik Dabung bertanya kenapa kalau memang ada jemim lain, naga menjawab tidak apa-apa kalu jemim tersebut berniat baik. Maka Renik Dabung bercerita bahwa kakannya  Suke Milung lah yang telah datang ke istana naga itu.
Sang Naga menemui kakak iparnya dengan senang dan hormat, dia menanyakan maksud dan tujuan kakak iparnya berkelana sampai menemukan istanaya. Suke Milung bercerita bahwa dia mengembara pertama untuk mencari adiknya Renik Dabung, dan kedua, untuk mencari persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Putri Bungsu. Naga berkata bahwa segala syarat-syarat tersebut semuanya ada diistananya, dan Suke Milung boleh membawa semuanya untuk diberikan kepada Putri Bungsu.
Keesokan harinya Siak Nage berpamitan kepada Suke Milung dan Renik Dabung untuk bertempur melawan naga lainya, yang telah berlangsung berminggu-mingu bahkan berbulan-bulan belum ada yang kalah dan menang. Suke Milung berkata kepada Siak Nage bahwa dia akan ikut untuk melihat pertempuran itu, tapi  Siak Nage berkata jangan kak bahaya, tapi Suke Milung tetap memaksa untuk ikut, maka berangkatlah Suke Milung mengikuti Siak Nage bertempur dengan berpaut di Cule nage tersebut. Dan Suke Milung pun mengerti mengapa kedua naga itu bertempur lama tetapi tidak ada yang kalah dan menang, itu semua dikarnakan kedua naga itu hanya saling berbelit saja. Keesokan harinya kembali lagi Ratu Siak Nage bertempur dengan lawanya sesama naga, Suke Milung pun kembali ikut dengan berpaut ke cule Ratu Siak Nage. Ketika kedua nage itu kembali saling lilit, Suke Milung pun menusukkan kerisnya kelawan Ratu Siak Nage, naga itu terluka parah sehingga air laut sekitarnya berwarna merah  oleh darah. Sebelum mati naga itu melarikan diri sambil berkata “ aku kalah ! pastilah lah datang jeme Gumay “. Ratu Siak Nage dan Suke Milung pulang ke Istanah menemui Renik Dabung dengan membawa kemenangan.
Malam harinya Suke Milung berpamitan bahwa besok pagi dia akan kembali ke Kute Aji Mentare, karena segala persyaratan yang diminta oleh Putri Bungsu semuanya telah didapatkan. Malam itu kedua kakak adik ipar itu bercakap-cakap. Ratu Siak Nage mengucapakan terimakasih atas bantuan kakak iparnya mengalahkan naga yang menjadi musuhnya. Siak Nage berkata” Kakak memang hebat, baru sekali kakak ikut bertempur, naga lawanku telah dapat dikalahlan, pada hal aku telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bertempur belum ada yang kalah dan menang”. Suke Milung menjawab” hebat lah adik, buktinye dang tu kakak pacak kalah, kami kene bencane, dan adik pacak ngelarikah Renik Dabung”.
Siak Nage kembali berkata “ sebenarnya kesaktianku belum seujung kuku, dibandingkan ngah kakak, aku pacak ngalahkan kakak karena kakak dide nepati janji (janji ibu) maka kesaktian kakak melemah “. Demikianlah, kakak dan adik itu berbincang-bincang, larut malam barulah semua pergi tidur.
Keesokan harinya Suke Milung kembali ke Kute Aji Mentare membawa segala persyaratan yang diminta oleh Putri Bungsu. Sampai di Kute Aji Mentare segala persyaratan itu dipersembahkan kepada Ratu Sabak Aji, tetapi ke tujuh putri ratu meminta satu persyaratan lagi, yaitu Suke Milung disuruh menyediakan kelambu sebanyak tujuh lembar untuk tempat tidur ke tujuh putri, dalam tempo sehari semalam. Syarat itu disanggupi oleh Suke Milung. Kate ratu, apabilah Suke Milung tidak dapat memenuhi syarat kali ini, Suke Milung akan dihukum pancung. Kemudian ratu berkata  “ Suke Milung sebelum kaba nyiapkah tujuh kelambu tersebut aku ndek betanye lagi ngah kaba” kaba ni  siape ? isak dimane ? jeme tue kaba sape dan dimane ?. Suke Milung menjawab aku ni adalah pisang batat ditengah hutan sarak adak meraje dide angkan kekaruh tambah jauh. Mendengar jawaban Suke Milung begitu, Ratu Aji berkata lagi ude kalu hek itu siapkanlah kendik putriku tadi.
Suke Milung dapat menyediakan ke tujuh kelambu yang sama bentuk dan warnanya. Ke tujuh kelambu itu dipasang diruangan tempat tidur ke tujuh putri, dan besok paginya Suke Milung harus mencari kelambu yang mana tempat tidur Putri Bungsu. Kalau salah, maka Suke Milung akan langsung dihukum pancung.
Suke Milung termangu, dalam hatinya alangkah sukar dan banyak cobaan yang harus dijalaninya, demi mendapatkan Putri Bungsu yang telah dijanjikan untuknya sebagai pemenang sayembara yang di adakan oleh Ratu Aji.
Sewaktu Suke Milung sedang duduk termangu-mangu itu, mendekatlah kucing, yang mengatakan bahwa Suke Milung tidak usah bingung, besok pagi kucing kumbang itu akan memberi tahu kelambu yang mana tempat tidur putri bungsu. Ternyata Suke Milung mengerti  bahasa binatang, dia bersyukur akan mendapat bantuan dari seekor kucing yang memang kucing tersebut adalah peliharaan kesayangan Putri Bungsu.
Keesokan harinya Suke Milung  pun diperintahkan oleh Ratu Aji untuk segera memilih yang mana kelambu tempat tidur putri bungsu. Suke Milung berjalan ke ruang tempat tidur tujuh putri dengan diiringi oleh algojo yang siap untuk memancung kepala Suke Milung. Dan  sewaktu Suke Milung berjalan pelan sambil memikirkan yang mana tempat tidur Putri Bungsu, ketika Suke Milung persis berjalan dekat kelambu Putri Bungsu, kucing kumbang tadi segera menghampiri Suke Milung dan mengesek-gesekkan badanya ke kaki Suke Milung dan Suke Milung pun mengerti bahwa itulah tempat tidur putri bungsu dan ternyata benar, putri bungsu lalu ditarik keluar oleh Suke Milung. Walapun Suke Milung  telah dapat dengan tepat memilih tempat tidur putri bungsu, putri bungsu masih masih tidak mau menikah dengan Suke Milung. Lalu Suke Milung bertanya mengapa Putri tidak mau ? apa oleh ujud Suke Milung yang tua, bungkuk dan kudisan itu ?. Kalau begitu kata Suke Milung, besok putri diajak mandi bersama-sama dengan mengajak 40 orang pengiringnya, Suke Milung akan mandi dihulu, dan putri dihilir, dimandian Beringin Jangkar Mas.
Sebelum mandi Suke Milung berpesan kepada Putri Bungsu, Katanya “ Beteri kalu ada tu anyut kele tulung sanggatkah dan daratkah ketepi “ . Lalu Suke Milung turun ke air, mandi sambil menyelam beberapa saat. Tidak lama kemudian Suke Milung berteriak, “ Beteri Bungsu kinak’ilah ade tu anyut sanggatkalah !”.
Putri Bungsu melihat sesuatu yang hanyut lalu diambilnya, ternyata itu adalah semacam kelumbusan, oleh pengiringnya dibawa kedarat. Suke Milung pun keluar dari dalam air seraya memangil dan menghampiri Putri Bungsu. Putri Bungsu terperangah, melihat seorang pemuda yang  alap, tampan berwibawa dan sedang tersenyum kepadanya, Putri Bungsu bertanya “  Sape dengah ni, ngape keruan ngah nameku “. Suke Milung menjawab “ aku Suke Milung, inilah ujudku yang asli, dan nameku sebenarnya Simbang Gumay, ye denga ambek di ayek tadi adalah kelumbusanku.
Putri Bungsu merasa malu dan tersipu-sipu, ia teringat akan sikapnya yang tidak pantas terhadap Suke Milung sebelum itu. Putri Minta maaf, dan Suke Milung pun memaklumi sikap putri bungsu dan memaafkannya. Putri langsung jatuh hati kepada Suke Milung, dan dengan suka cita mengajak Suke Milung pulang keistana ayahandanya. Tidak lama setelah itu Suke Milung dinikahkan dengan Putri Bungsu. Ratu Saba Aji mengadakan perhelatan selama tujuh hari tujuh malam.
Putri Bungsu hidup bahagia dengan Suke Milung, dan dikaruniai delapan putra dan seorang putri. Adapun nama-nama anak Suke Miling dengan Putri Bungsu adalah :
1. Panjang
2. Remanjang
3. Untu
4. Remuntu
5. Indang
6. Remindang
7. Limpak
8. Limparan
9. Putri Suri Dendam.

Sewaktu Simbang Gumay masih berada di Kute Bentare, dia telah mempunyai seorang putra yang bernama  Intan Permate Jagad.
Kesepuluh anak-anak Suke Milung tersebut bertebaran mendiami Sembilan Batanghari yaitu :
               Musi, Enim, Lematang, Ogan, Komering, Lintang, , Rejang, Tulang Bawang, Kinal.

Sedangkan Intan Pemate Jagad , berdiam di Puntang anak sungai Lematang (Puntang Merapi) didaerah yang bernama Prabu Menang. 

Demikianlah sekedar kisah cerita rakyat didaerah Gumay, KISAH SUKE MILUNG dan TIMPE RASAN.